Thursday, May 25, 2006

Jurnalisme Sastrawi dalam perbincangan

Jurnalisme Sastrawi dalam perbincangan Oleh: Yudi Nopriansyah Jurnalisme dan Sastrawi adalah sebuah disiplin ilmu yang sangat bertolak belakang, ibarat pria—wanita—bumi—langit,” ucap Budi Setiono. “Dalam Sastra ada sebuah misteri dibalik teks, sedang dalam Jurnalisme ada fakta yang disajikan blak-blakkan,” Tambah Iswadi Pratama. Juwendra Asdiansyah: “jika istilah sastrawi dapat menimbulkan debat kusir yang mendalam, tidak perlu buku ini dinamai Jurnalisme Sastrawi. Saya lebih senang dengan istilah Jurnalisme Narasi!...” Jangan bingung, mereka tidak sedang berdebat tentang apa itu ‘Jurnalisme’ dan apa itu ‘Sastrawi’. Mereka sedang membedah buku “antologi jurnalisme sastrawi.” Sebuah buku yang memuat delapan liputan pristiwa, diterbitkan yayasan pantau. Acaranya digelar di gedung D Fisip Universitas Lampung (Unila) oleh LPM Republica, sebuah organisasi penerbitan mahasiswa tingkat fakultas di Fisip Unila. Banyak pertanyaan dari 40 peserta diskusi yang seminggu sebelumnya telah dibekali buku Jurnalisme sastrawi, mereka merespon pemaparan empat panelis yang dipanel: Budi Setiono (Editor Buku Jurnalisme Sastrawi), Iswadi Pratama (Sastrawan Lampung), Juwendra Asdiansyah (Wartawan Seputar Indonesia) dan Rahmat Sudirman (Redaktur Minggu Lampung Post), mewakili Pemimpin Redaksinya. “Jurnalisme sastrawi” adalah genre dalam jurnalisme dimana reportase dikerjakan dengan mendalam, penulisan dilakukan dengan gaya sastrawi, sehingga hasilnya enak dibaca. Tom Wolfe, wartawan-cum-novelis, pada 1960-an memperkenalkan genre ini dengan nama "new journalism" (jurnalisme baru). papar Budi Setiono yang kerap di pangil Buset. Lebih jauh Buset menanggapi pertanyaan, “Apanya yang baru?” dalam kunjungannya di Teknokra, dia bercerita: pada 1973, Wolfe dan EW Johnson menerbitkan antologi dengan judul The New Journalism. Mereka memasukkan narasi-narasi terkemuka zaman itu. Antara lain dari Hunter S. Thompson, Joan Didion, Truman Capote, Jimmy Breslin, dan Wolfe sendiri. Wolfe dan Johnson menulis kata pengantar. Mereka bilang genre ini berbeda dari reportase sehari-hari karena dalam bertutur ia menggunakan adegan demi adegan (scene by scene construction), reportase yang menyeluruh (immersion reporting), menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person point of view), serta penuh dengan detail. Wawancara bisa dilakukan dengan puluhan, bahkan bisa ratusan, narasumber. Risetnya tidak main-main. Waktu bekerjanya juga tidak seminggu atau dua. Tapi bisa berbulan-bulan. Ceritanya juga kebanyakan tentang orang biasa. Bukan orang terkenal. *** Kini giliran Iswadi Pratama yang seorang sastrawan membedah buku ini, modurator memintanya membedah dari sudut sastra. Menurutnya buku ini sangat penting apalagi di era sekarang. Ketika arus informasi begitu deras, bahasa cendrung kehilangan makna, manusia tergulung oleh informasi dalam kemasannya yang instan. Orang membaca berita, namun tidak bisa memaknai, mereka tergulung dalam isu media masa. “Tidak ada pupuk untuk budaya baca dan budaya tulis” ucapnya. Iswadi juga memuji kepiawaian delapan penulis dalam buku ini, begitu banyak fakta yang dikemas dengan indah dalam setiap laporan. Jika dalam jurnalisme ada ‘Jurnalisme Sastara’ maka dalam sastara berkembang ‘Sastra Jurnalistik,’ sebuah karya sastra yang lahir dari realitas dan fakta dengan set atau penokohan yang mengasumsikan dan penuh interpertasi. “Perlu diingat banyak sasterwan besar dunia yang juga wartawan” tambahnya. Begitu gamblang pemaparan sastrawan Lampung ini, banyak peserta yang tertawa ketika sesekali dia melucu. Ada sederet garis hitam lebam dibawah kelopak matanya, pagi itu pukul 06.00 wib, iswadi baru pulang ke Lampung setelah delapan hari berada di Australia membaca puisi di beberapa universitas disana. *** Jika di Amerika majalah mingguan The New Yorker yang lahir pada 1975 disebut-sebut sebagai pelopor gedre ini, maka di Indonesia majalah pantau pada 2001 baru mengenalkanya. Ini diakui Buset sebagai salah satu pendiri majalah bulanan itu, “pantau mengadopsi habis gaya dan bentuk majalah The New Yorker” ucapnya. Lalu mengapa gendre ini tidak hidup di Indonesia? Apakah jurnalisme sastrawi tidak berkembang karena pasarnya kecil? Apakah mereka ompong karena zaman rezim Presiden Soeharto belum memungkinkan gaya begitu? Juwendra Asdiansyah hanya berasumsi: karena tak ada media yang mau menyediakan tempat, uang, dan waktu untuk naskah panjang. Banyak wartawan menjadi mesin pencetak berita, wartawan tidak lagi menulis berita dengan bobot dan nilai berita besar, mereka dikejar deadline dan target perusahaan tempatnya berkerja. Bersambung Bro…

Saturday, May 20, 2006

Menimbang Penghapusan Perkara Suharto

Soeharto Wariskan 5.377 Kasus

Luar biasa! Pemerintahan Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto mewariskan 5.377 kasus penyelewengan uang negara senilai Rp47,38 triliun dan 42,99 juta dolar AS atau setara Rp387 miliar (kurs 1 dolar= Rp9.000).

Hebatnya, puluhan triliun dana milik pemerintah itu tersimpan dalam rekening atas nama pribadi. Mereka adalah para pejabat sipil, TNI, Polri dan Kejaksaan Agung. "Semua dana penerimaan negara itu tidak pernah disetorkan ke kas negara," beber Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Anwar Nasution dalam rapat paripurna DPR, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (16/5).

Menurut Anwar, temuan penyelewengan warisan rezim Orba oleh BPK itu sebenarnya bukan hal baru. "Tapi, respons para pejabat pengelola keuangan negara yang bertanggung jawab terhadap tindaklanjut hasil pemeriksaan keuangan masih rendah," tandasnya.

Diungkapkannya, hasil pemeriksaan BPK Semester II Tahun Anggaran 2005 menyebutkan triliuan rupiah uang negara hingga kini belum disetor ke kas negara. Kekosongan itu antara lain disebabkan 11 lembaga negara atau departemen yang telah memungut pajak dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp2,008 triliun belum disetor ke kas negara.

"Hasil pemeriksaan atas 22 dari 158 BUMN terungkap 16 BUMN terdapat investasi dan pemberian jaminan yang tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian serta terjadi kelebihan bayar yang merugikan negara Rp453,02 miliar," ujar Anwar.

Ditambahkannya, dari 16.433 temuan pemeriksaan dengan nilai sebesar Rp132,49 triliun, 146,60 juta dolar AS, 98,91 ribu euro dan 361,48 juta yen, baru ditindaklanjuti sebanyak 6.920 temuan dengan nilai Rp34,22 triliun dan 61,11 juta dolar AS.

"Artinya, masih terdapat sisa temuan yang belum ditindaklanjuti sebanyak 9.513 temuan dengan nilai Rp98,27 triliun, 81,35 juta dolar AS, 98,91 ribu euro dan 361,48 juta yen," cetus Anwar.

BPK melakukan pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu pada 34 departemen/lembaga di pusat, 33 provinsi, 214 kabupaten/kota, dan 28 BUMD serta 22 BUMN.

Pada pemeriksaan 15 bank dalam likuidasi (BDL), BPK menemukan adanya pemberian penghapusan utang sebesar Rp151,43 miliar pada 6 BDL yang melebihi ketentuan. Selain itu juga terdapat tagihan yang terkait PT Bank Pasific (dalam status likuidasi) sebesar Rp1,37 triliun yang tidak didukung jaminan memadai dan pihak terkait tidak kooperatif menyelesaikan kewajibannya.

"Keadaan ini mengindikasikan bahwa tindaklanjut hasil pemeriksaan BPK belum mendapat perhatian yang memadai atau keseriusan pemerintah untuk mewujudkan tata kelola keuangan negara yang baik," tandasnya.

Menyikapi ini Ketua DPR Agung Laksono meminta pemerintah memperhatikan temuan ini dengan serius. "Dan dewan akan melakukan pendalaman. Jika ditemukan penyimpangan, maka akan diproses menurut hukum," tegasnya.

Rekening Pribadi

Pengamat ekonomi yang juga anggota Komisi XI DPR Drajad Wibowomengatakan ada beberapa alasan mengapa kas negara saat ini kosong. "Salah satunya aset negara menggunakan nama pribadi dan rekening negara yang tidak dilaporkan ke APBN," katanya.

Kerancuan itu, kata dia, semakin diperkuat dengan pemisahan aset negara serta sistem pengelolaan yang tumpang tindih karena dipegang lebih dari satu lembaga. "Sebagian dipegang Setneg (sekretariat negara), sebagian lagi ke Depkeu dan sebagian lagi ke BUMN. Apa ini tidak rancu," tukas Drajad.

Selain itu, imbuhnya, aset ini sulit dibedakan karena tidak ada pemisahan yang jelas antara aset publik, aset negara dan aset privat.

"Ini terjadi selama puluhan tahun. Memang, pengelolaan aset negara sekarang ini masih jauh dari baik," katanya.

Mengenai laporan BPK, Drajad masih menemukan kelemahan karena tidak menjelaskan secara rinci titik penyimpangan dana yang dimaksud. "Saya berharap nanti laporan detilnya lebih rinci, misalnya tanah di wilayah Gelora Bung Karno batasnya mana saja. Ini yang harus diperhatikan," tukasnya.

Temuan BPK ini tampaknya seiring dengan temuan Global Corruption Report (GCR) 2004 yang menempatkan Soeharto di posisi pertama pelaku korupsi di dunia. Soeharto dituding menggelapkan uang sebesar 15-35 miliar dolar AS. Peringkat kedua, menurut GCR, ditempati Ferdinand Marcos, bekas presiden Filipina yang menilep uang negaranya sebesar 5 miliar dolar AS.

"Di peringkat bawahnya ada politisi seperti Slobodan Milosevic, Alberto Fujimori, dan Joseph Estrada," beber Deputi Eksekutif Transparency Internasional, Rizky Wibowo, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Bersatu

Sementara itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menandatangani dua perjanjian kerjasama pencegahan dan penanganan koruptor dengan lembaga sejenis dari China dan Korea Selatan. "Ini kerjasama internasional untuk meningkatkan hubungan antarnegara. Perjanjian ini sangat penting karena kita harus mencegah korupsi dan berbagai macam peyalahgunaan sejak dari pangkalnya," kata Ketua KPK Taufiequrrachman Ruki, di Kantor Presiden, Selasa.

Penandatanganan dokumen perjanjian kerjasama dengan KPK Korsel akan dilakukan di Seoul, bersamaan kunjungan presiden Yudhoyono ke Seoul, Juni mendatang. Sementara perjanjian dengan China akan ditandatangani di Jakarta pada November mendatang.

Cendana Menantang

Wacana gugatan atas harta Soeharto bergulir kencang. Kejaksaan Agung bahkan telah membentuk tim untuk melakukan gugatan perdata terhadap mantan Presiden Soeharto.

Cendana menganggap enteng rencana kejaksaan melayangkan gugatan perdata. "Silakan saja. Itu hak setiap orang untuk melakukan gugatan ke pengadilan. Sah-sah saja. Nanti kita lihat di pengadilan," cetus Deny Kailimang, kuasa hukum keluarga Soeharto, di Kejagung, kemarin.

Senin lalu Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun) Alex Sato Bya mengatakan akan membentuk tim melakukan gugatan secara keperdataan terhadap Soeharto jika dirinya telah menerima Surat Kuasa Khusus (SKK) dari Jaksa Agung. Gugatan perdata akan dilakukan supaya kerugian negara senilai Rp1,3 triliun dan 419 juta dolar AS bisa dikembalikan kepada negara.

Menurut Deny, anak-anak Soeharto sama sekali tidak terlibat dalam pengelolaan tujuh yayasan sosial yang diperkarakan Kejagung waktu itu. Terlebih lagi, saat ini yayasan itu sudah memiliki anggaran dasar maupun anggaran rumah tangga (AD/ART) yang terpisah.

"Jika Kejagung berniat mengambil harta dari yayasan tersebut, tentunya harus melalui proses hukum yang benar dan sesuai AD/ART masing-masing yayasan. Jadi keluarga (Cendana) tidak akan mencampuri ini karena ada batasan-batasan kewenangan yang diatur dalam AD/ART yayasan," tegas Deny.

Terpisah, Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) dan Komite Pembaruan Peradilan Indonesia (KPDI) berencana mengajukan somasi terhadap Jaksa Agung atas dikeluarkannya Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKPP) terhadap Soeharto. Kedua lembaga ini menuntut Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh segera mencabut SKPP tersebut dan melanjutkan persidangan terhadap Soeharto.

"Jika somasi kami tidak ditanggapi, kami akan melakukan gugatan ke pengadilan karena Jaksa Agung telah menyalahgunakan kewenangannya," tegas koordinator TPDI, Petrus Selestinus.

Friday, May 19, 2006

Pembentukan Klub Jurnalis Lampung

Klub Jurnalis Lampung

Malam itu kamis 18 mei 2006, saya yang kebetulan sedang berkunjung kesekretariat Aliansi Jurnalistik Independet (AJI) Lampung, diajak terlibat dalam sebuah obrolan serius tentang rencana pembentukan forum wartawan di Lampung. Luar biasa menurut saya orang-orang yang hadir malam itu. Ibnu Khalid (Pemimpin Redaksi Radar Lampung juga ketua AJI Lampung), Ade Alawi (Pemimpin Redaksi Lampung Post), Agus Sahlan Mahbub (Pemimpin Redaksi dua media Sapulidi dan Satwa Liar), Budi Santoso Budimanman (Redaktur LKBN ANTARA), Osoy Saroso H.N, (Jakarta Post), Juwendera Asdiansyah (Wartawan Sindo), Zaenal Mustapa (Mantan Pemimpin Umum TEKNOKRA), Adian Saputra (Korektor Lampung Post), Zulkarnain Zubairi (Redaktur Lampung Post) Hendarto (Wartawan Radar Lampung), hanya saya yang masih mahasiswa, canggung rasanya ditengah-tengah para praktisi ini. obrolan kami dimulai sangat larut, karna Mas Boy (pangilan Ibnu Khalid) baru datang pukul 23.15 wib sedang pak Ade Alawi tiba terlebih dahulu dengan membawa dua kotak martabak--disusul mas Budi Santoso Budiman yang baru selesai pengajian dirumah kerabatnya.

Dalam obrolan itu, ada kesepakatan untuk membentuk sebuah lembaga yang nantinya menjadi wadah jurnalis berdiskusi prihal isu strategis di Lampung. Dari sana kami mulai mengkrucut membentuk kerangka dalam pembentukan forum jurnalis tersebut. Di awal kami mencari nama untuk forum tesebut, beberapa usulan sempat terlontar, antara lain Forum Jurnalis, Forum Editor dan Jurnalis klub. Kang ade Alawi tertarik dengan nama Forum Editor, karna sudah ada di propinsi lain seperti Bandung, Jakarta, Surabaya. Sedangkan forum jurnalis terdengar lebih santai dan tidak elitis papar Oyos dan Juwendra. Lebih dari setengah jam kami mencari nama. Akhirnya kami bersepakat untuk membuat nama yang tidak terdengar ellitis dan eksklusif. Nama 'Lampung Jurnalis Club' dianggap pas dengan forum ini, maka kami merubah struktur bahasanya kedalam bahasa inidonesia. Klub Jurnalis Lampung (KJL). Di Lampung nama KJL "lebih ramah lingkungan kedengarannya" Gurau Ade Alawi.

Malam Itu Juga kami Menentukan VISI-MISI KJL, dengan perdebatan panjang, apa dan bagaimana KJL bergerak, serta debat tentang kaidah Baku BahasaIndonesia, Visi-Misi pun tuntas dalam waktu satu jam lebih. Visi KJL: "Terwujudnya kebebasan pers dan hak publik dalam memperoleh informasi yang benar nenuju masyarakat yang demokratis." Sedangkan misinya antara lain: 1. memperjuangkan kebebasan pers. 2. memperjuangkan hak publik atas informasi yang benar 3. memperjuangkan masyarakat yang demokratis. Sedangkan aktivitas KJL sendiri disepakati akan melakukan Diskusi, riset, publikasi dan konsultan. Untuk pendanaan sendiri didapat dari Iuran Anggota dan sumber lain yang tidak menggikat. Sayarat keanggotaan nantinya adalah orang yang berkecimpung dalam aktivitas Jurnalistik. Malam itu juga kami menginpentarisir nama-nama yang kami anggap kapabilitas dan memungkinkan untuk bergabung dengan KJL. Sedengakan kami agak kebinggungan untuk menentukan kesekretariat untuk KJL, namun Oyos mengusulkan sementara waktu KJL meminjam tempat di kantor perwakilan Kompas Lampung. Rencananya untuk pembentukan dan sosialisasi KJL di laksanakan Sabtu 3 juni nanti. Diskusipun berakhir dini hari tepat pukul 01.00 wib.

Orang yang terlibat dalam Obrolan

  1. Juwendra Asdiansyah (Wartawan SINDO dan Bengkel Jurnalisme)
  2. Zulkarnain Zubairi (Redaktur Lampung Post)
  3. Oyos Saroso H.N (Wartawan Jakarta Post)
  4. Budi Santoso Budiman (Wartawan LKBN ANTARA)
  5. Ade Alawi (Pemimpin Redaksi Lampung Post)
  6. Ibnu Khalid (Pemimpin Redaksi Radar Lampung)
  7. Agus Sahlan Mahbub (Pemimpin Redaksi Sapu Lidi dan Satua Liar)
  8. Zaenal Mustopa (Mantan Pemimpin Umum Teknokra)
  9. Hendarto (Wartawan Radar Lampung)
  10. Adian Saputra (Korektor Lampung Post)
  11. Yudi Nopriansyah (Pemimpin Umum Teknokra)

Daftar Impentarisir Calon Anggota KJL

  1. Firman Sopnada (AJI Lampung)
  2. Damanhuri (AJI Lampung)
  3. Adolf Ayatulloh (Lampung Ekspres Plus)
  4. M. Thoha Makhsum (ANTARA)
  5. Rahmat Sudirman (Lampung Post)
  6. Budi Parlindungan Hutasuhut (Lampung Post)
  7. Ade Yunarso (Radar)
  8. Ridu Mulyadi (Lampung Post)
  9. Sekar Sari (Lampung Post)
  10. Iswadi Pratama (Teater satu)
  11. Soni B Hadi (Mandala)
  12. Helena Fransiska (Kompas)
  13. Ibram Harir (Lampung Post)
  14. Junaidi Djohan (Lampung Post)
  15. Ilham Malik (Akademisi)
  16. Hertanto (Akademisi)
  17. Sudjarwo (Akademisi)
  18. Ida Nurhaida (Akademisi)
  19. Gino Vanollie (FMGI)
  20. Nairobi (Akademisi)

Thursday, May 18, 2006

Kepala Kelinci Berdasi Kupu-kupu Indonesia

Kepala Kelinci Berdasi Masuk Indonesia

Oleh: Yudi Nopriansyah

Motivasi dibalik pembelian franchise majalah Playboy.

Ketika tahun lalu kelompok gramedia membeli franchise majalah National Geographic (NG), segala bentuk liputan dan bahasan di majalah NG Indonesia tidak terlepas dari isi majalah induknya yang sudah berdiri dari tahun 1888 di Washington, D. C. Bahkan dibawah bok redaksi NG Indonesia, dicantumkan pula bok redaksi induknya. Tantyo Bangun pemimpin redaksi NG indonesia, sadar bahwa membeli franchise sebuah majalah asing, tidak hanya membeli brand tapi juga tata cara beroprasi, baik secara penyajian, bisnis, pemasaran, dan bahkan secara keseluruhan “corporate Culture”. Sama halnya dengan rumahmakan cepat saji KFC atau McDonald’s, meski mereka membuat inovasi lokal seperti McSate atau McRendang mereka tidak bisa lepas dari citra dan corporate culture restoran induknya di Amerika. Karna standard operating procedure (SOP) inilah yang dapat memikat pasar, sehingga bisnis franchise bisa men-dunia.

Namun di Indonesia kepentingan bisnis jauh di atas kepentingan masyarakat dan negara, Ketika masyarakat sedang ribut menafsirkan pornografi dan pornoaksi yang akan di undangkan, sosok gadis muda Andara Early yang presenter televisi tampil di sampul muka majalah Playboy (PB) Indonesia edisi perdana april lalu. "Always Happy Early" judulnya: Andara berlagak dalam samar kemerahan, mengenakan baju tidur memegang bolam yang entah apa maknanya, tapi tidak telanjang bulat sebagaimana lazimnya sampul majalah PB. Di halaman mukanya, jendela berita menuliskan sederet artikel isi dari majalah, antara lain wawancara dengan Pramoedya Ananta Toer, esai karya Agus Sopian dan Linda Christanty dari Yayasan Pantau. Mungkin para redaktur majalah playboy Indonesia inggin menjelaskan inilah majalah playboy ala indonesia yang tidak telanjang. Mereka menyajikan liputan mendalam bergaya majalah pantau dan foto model setengah telanjang bergaya tabloid kuning seperti Popular, lipstik, dan lain sebagainya yang di jual tersembunyi di kios pinggir jalan. Tulisan Agus Sopian dan Linda Christanty di selang dengan foto model setengah bugil. Pemimpin redaksi Erwin Arnada, dalam editorialnya menulis "The power of visual will shakes our mind. But, words will make you live."

Pertanyaan sederhana, apakah kepala kelinci datang hanya untuk berbisnis? Tidak adakah muatan politik idiologis dari si-penjual franchise? Tidak mudah menjawabnya dengan hanya perangkat hukum positif dan semangat bisnis, pendekatan historis dan ilmiah perlu di sampaikan dalam wacana ini. Sehingga playboy Indonesia tidak hanya menjadi “Bara dalam Api” ditengah polemik pembahasan Rancangan Undang-undang Pornografi dan fornoaksi yang sedang dibahas.

Hugh Hefner dan Playboy

Majalah Playboy pastinya sudah tak asing lagi bagi sebagian orang apalagi kaum laki-laki. Majalah yang telah beredar resmi di 28 negara ini digawangi Hugh Hefner. Copywriter pertama majalah playboy pada desember 1953, Hefner menampilkan foto telanjang seorang wanita yang sebelumnya tidak terkenal Marlyn Monroe berjudul “Sweetheart of the Month.” Dia sangat tidak yakin akan ada edisi kedua, hingga ia tidak mencantumkan tanggal pada sampul, Namun rupanya palyboy direspon oleh pasar Amerika bersama dengan datangnya pil kontrasepsi pada tahun 1960, dengan ikon kepala kelinci, palyboy memainkan sebuah peranan penting dalam transformasi masyarakat barat. Dalam pesta ulang tahunnya yang ke-80 april lalu Hafner berkelakar “tiga karya besar peradaban adalah: Api, Roda dan Playboy, tak seorangpun melakukan sex sebelum playboy.” Katanya tertawa dalam wawancara dengan Agence France Presse (AFP). Dengan menyebarkan idiologi playboy kebanyak negara di seluruh dunia, menjadikan Hafner salah satu dari orang yang paling dikenal—sekaligus paling dikritik sebagai tokoh abad 20.

Dengan memampang foto-foto bugil wanita seluruh dunia, mulai dari selebriti sampai model pendatang baru di majalahnya Hafner bisa dibilang sukses. Bahkan Tiara Lestari, model asal Indonesia pernah terpampang bugil di sampul majalah Playboy Spanyol edisi Agustus 2005. Sebelumnya tidak banyak orang yang mengenal Tiara sebelum aksi telanjangnya di majalah playboy. Walau di dunia maya sendiri, nama Tiara Lestari atau Amara ini memang sudah tidak asing. Jika kita mengetik namanya di mesin pencari google, maka ratusan artikel dan situs yang memajang foto Tiara yang maaf tanpa busana akan bergantian bermunculan. Playboy sendiri menetapkan jika model yang tidak memakai baju—celana hanya sepatu, maka sang model di anggap masih berbusana. Sensasi inilah yang kemudian di pakai playboy untuk dapat mendongkrak populeritas perempuan seperti Marilyn Monroe dan Tiara Lestari menjadi buah bibir tayangan infotaiment. Bagi para model playboy sendiri mungkin inilah tangga tercepat menuju dunia selebritas.

Thursday, May 11, 2006

Pelatihan Penelusuran Anggaran

Tgl 5-7 mei lalu saya mewakili Teknokra menjadi peserta dalam pelatihan Budget Tracking di Hotel Marcopollo, Pusbik dan Tifa Foundation penggagas acara ini. Sebelumnya saya tidak tau goal pelatihan ini, saya mengartikan istilah Budget Tracking adalah soal penelusuran anggaran. Namun dua orang fasilitator yang didatangkan dari Bandung, menawarkan metode dalam penelusuran anggaran dalam aspek penerimaan dan belanja. Pelatihan sendiri mengunakan metode berdiskusi, tanya jawab, dan roleplay, Peserta sering dibagi dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan DAKS (Dokumen Aanggaran Satuan Kerja) APBD Propinsi Lampung, yang di miliki oleh Pusbik. tujuannya: 1.untuk mengetahui kesesuaian atau ketidak sesuaian program/kegitan dengan komponen dan struktur belanja. 2. Ada tidaknya Mark-up, atau Mark-down dalam struktur dan komponen belanja sebuah kegiatan/program. 3. Ada tidaknya manfaat dan dampak kegiatan/program. 4. Mencari siapa pemanfaat (penikmat) sebuah kegiatan atau program. 5.informasi-informasi itu (1 sampai 4) berguna untuk memperbaiki desain kegiatan dan program dan pengelolaan keuanggannya. Kemampuan dan keterampilan mengakses dan mengolah data dan informasi anggaran (dan yang relevan) sangat penting. “Kesulitan” budget tracking terutama terjadi pada aspek ini. Menjalin hubungan baik dengan politisi, birokrat dan pebisnis jadi sangat penting. Sedangkan analisisnya relatif sederhana, karena misalnya, ini hanya membandingkan antara yang normatif dan yang direalisasikan. Yang diperbandingkan biasanya menyangkut harga, volume dan kualitas dari sebuah barang dan jasa. Metode pengumpulan data yang bisa dipakai dalam budget tracking ialah wawancara mendalam, testimoni, dan fokus group discussion. TAHAPAN BUDGET TRACKING Budget tracking adalah sebuah rangkain kegiatan yang terdiri dari beberapa tahap: PERTAMA: mengidentifikasi “kasus” kegiatan (proyek) pembangunan yang akan ditreking. Kasus bisa digali sendiri karena kita punya rasa ingin tahu yang kuat dan terlatih, atau diberitahu orang lain. Berita di media masa bisa menjadi sumber inspirasi yang penting untuk menemukan kasus yang mau ditreking. Adakalanya kasus-kasus itu sedemikian banyak dan menarik sehingga kita sulit memutuskan mana yang mau ditreking. Oleh karena itu disini penting sekali kita membuat kriteria dalam memilih kasus. Paling tidak ada tida hal yang bisa dijadikan pegangan dalam memilih kasus: 1) dana kegiatan (proyek) pembangunan itu cukup besar, 2) kegiatan (proyek) pembangunan itu menyangkut hajat hidup orang banyak, 3) kegiatan (proyek) pembangunan itu penting secara politik. KEDUA: menentukan level (tingkatan) budget tracking: apakah treking ini mau sampai ke tingkat 3 : analisis tentang manfaat dan impak kegiatan; tingkat 2, analisis output dan outcome; atau tingkat 1, analisis input kegiatan (dana, waktu dan orang). Selain menentukan level treking juga perlu diputuskan: apakah treking ini akan berhenti sampai pada diseminasi informasi (hasil treking) atau akan ditindaklanjuti dengan advokasi lanjutan. KETIGA: mengidentifikasi dan merumuskan pertanyaan yang mau dijawab diungkap melalui treking ini. Kejelasan perumusan pertanyaan pada tahap ini akan menentukan jenis data dan informasi yang harus dikumpulkan. Pada tahap ini juga sangat penting untuk merumuskan tujuan treking dan implikasinya. KEEMPAT: pengumpulan dan pengolahan data primer dan sekunder. Data primer bisa didapatkan melalui wawancara (biasanya wawancara mendalam), testimoni atau diskusi kelompok terfokus, survey. Data sekunder tentang anggaran dan data pendukungnya bisa didapat dari institusi pemerintah (dan parlemen). Keterampilan kita menjalin hubungan baik dengan para politisi (atau partai politik) dan birokrat bisa meningkatkan aksesibilitas kita dalam memperoleh data dan informasi tentang anggaran. Data sekunder yang paling penting dan harus dikuasai adalah DASK (Dokumen Anggaran Satuan Kerja). KELIMA: data yang sudah diolah kemudian dianalisis secara sederhana, yaitu dengan cara membandingkan (data dan informasi/design) yang direncanakan dengan yang direalisasikan, atau antara yang normatif dengan pelaksanaannya (praktek). Dari perbandingan ini biasanya (bisa juga tidak) akan ditemukan adanya deviasi. Analisis kemudian diarahkan untuk mencari tahu apa deviasinya, seberapa jauh terjadi deviasi, mengapa terjadi deviasi. KEENAM: penulisan laporan. Laporan ini memuat informasi tentang proses treking yang dilakukan (sehingga bisa diverifikasi oleh orang lain) dan juga hasil-hasil analisis (temuan treking). KETUJUH: diseminasi hasil-hasil treking. Ini dapat dilakukan melalui seminar, diksusi, lokakarya, konferensi pers dan lain-lain. Pada dasarnya ini adalah kegiatan yang tujuannya menyebarluaskan hasil-hasil treking pada kalangan yang lebih luas. KEDELAPAN: tindak lanjut hasil treking. Pertama, kalau dari hasil treking itu terekam jelas ada indikasi korupsi (pelanggaran aturan main, merugikan keuangan negara, memperkaya diri atau orang lain), maka hasil treking bisa dilaporkan ke kejaksaan, kepolisian atau Komisi meberantasan Korupsi (KPK) untuk disidik lebih jauh. Kedua, hasil treking itu bisa disampaikan sebagai umpan balik (feed back) kepada pimpinan pelaksana kegiatan (dulu istilahnya pimpro), kepala-kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), walikota/bupati atau anggota parlemen. *** Pelatian selesai hari minggu pagi pukul 10.30. lalu Ahmad Yulden Erwin dari KoAK, menjadi Fasilitator untuk membuat rencana tindak lanjut, dia mengarahkan agar pesrta pelatihan untuk membuat koalisi advokasi anggaran, hampir semua peserta setuju untuk membuat koalisi ini. Teknokra sendiri dengan mempertimbangkan bahwa institusi pers yang harus menjaga independensi dan keterkaitan kepada kelompok kepentingan, memutuskan untuk tidak ikut dalam koalisi dan sepenuhnya mendukung terbentuknya koalisi. Berikut Daftar Koalisi: Pusbik, KoAK, AJI LAmpung, HMI, KAMMI, BEM KBM UNILA, SBSI, IPNU, PARWARI, DAMAR, Walhi, Watala, PMKRI, FMGI, SEKBER KOTA, IRKL, Forum Petani Lambar, Akademisi (Drs. Sindung MS,i),

Tuesday, May 09, 2006

Obrolan di Lobi Hotel Marcopollo

Tgl 5-7 saya di undang Pusbik untuk ikut pelatihan budget treaking di hotel marcopollo, teman sekamar saya Angga Perdana dari SBSI, terpesona dengan pelayanan hotel, dia bilang panitia sangat perduli dengan kenyamanan neristirahat, ketimbang menyiapkan bahan-bahan untuk pelatihan. Selepas makan biasanya kami berdiskusi di ruang loby hotel, dari sana terlihat kota Bandarlampung bagian selatan. Diskusi menarik saya disana ketika Yopi dari walhi mengatakan bahwa Lampung akan kerisis air pada 10 tahun mendatang. Ini dikarnakan pengusaha boleh memprivatisasi air bawah tanah, dan juga hutan yang hampir punah dilampung. Renjadi dari Mitra bentala menambahkan pemerintah daerah tidak perduli dengan itu terbukti di anggaran hanya mendapat porsi 0,5 %. Foto dari kiri kekanan: Renjani (Mitra Bentala), Ria (Perwarti), saya, Yopi (walhi)

Monday, May 01, 2006

Selamat Jalan Pramoedya Ananta Toer

06-02-1925 30-04-2006

Minggu pagi 30 April 2006, Pramoedya Ananta Toer tidak membakar sampah, dan dia tidak sedang terbakar amarah. Dia meninggal dunia.

“Ilmu pengetahuan semakin banyak melahirkan keajaiban. Dongengan leluhur sampai malu tersipu. Tak perlu lagi orang bertapa bertahun untuk dapat bicara dengan seseorang di seberang lautan. Orang Jerman telah memasang kawat laut dari Inggris sampai India! Dan kawat semacam itu membiak berjuluran ke seluruh permukaan bumi. Seluruh dunia kini dapat mengawasi tingkah-laku seseorang. Dan orang dapat mengawasi tingkah-laku seluruh dunia” — (Bumi Manusia, hal. 316, 1980)

Menit Ketika Berpulang

Pada 27 april 2006, Pram sempat tak sadar diri. Pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa dia ke RS. Santa Karolus hari itu juga. Pram didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah menjangkitinya, ditambah komplikasi ginjal, jantung dan diabetes.

Pram hanya bertahan tiga hari di rumah sakit. Setelah sadar, dia kembali meminta pulang. Meski permintaan itu tidak direstui dokter, Pram bersikeras ingin pulang. Sabtu 29 april, sekitar pukul 19.00, begitu sampai di rumahnya, kondisinya jauh lebih baik. Meski masih kritis, Pram sudah bisa memiringkan badannya dan menggerak-gerakkan tangannya.

Kondisinya sempat drop lagi pada pukul 20.00. Pram masih dapat tersenyum dan mengepalkan tangan ketika sastrawan Eka Budianta menjenguknya. Pram juga tertawa saat dibisiki para fans yang menjenguknya bahwa Soeharto masih hidup. Kondisi Pram memang sempat membaik, lalu kritis lagi. Pram kemudian sempat mencopot selang infus dan menyatakan bahwa dirinya sudah sembuh. Dia lantas meminta disuapi havermuth dan meminta rokok. Tapi, tentu saja permintaan tersebut tidak diluluskan keluarga. Mereka hanya menempelkan batang rokok di mulut Pram tanpa menyulutnya. Kondisi tersebut bertahan hingga pukul 22.00.

Setelah itu, beberapa kali dia kembali mengalami masa kritis. Pihak keluarga pun memutuskan menggelar tahlilan untuk mendoakan Pram. Pasang surut kondisi Pram tersebut terus berlangsung hingga pukul 02.00 kemarin. Saat itu, dia menyatakan agar Tuhan segera menjemputnya. "Dorong saja saya," ujarnya. Namun, teman-teman dan kerabat yang menjaga Pram tak lelah memberi semangat hidup. Rumah Pram yang asri tidak hanya dipenuhi anak, cucu, dan cicitnya. Tapi, teman-teman hingga para penggemarnya ikut menunggui Pram.

Kabar meninggalnya Pram sempat tersiar sejak pukul 03.00. Tetangga-tetangga sudah menerima kabar duka tersebut. Namun, pukul 05.00, mereka kembali mendengar bahwa Pram masih hidup. Terakhir, ketika ajal menjemput, Pram sempat mengerang, "Akhiri saja saya. Bakar saya sekarang," katanya.

Pada 30 April 2006 pukul 08.55 Pramoedya wafat dalam usia 81 tahun.

Ratusan pelayat tampak memenuhi rumah dan pekarangan Pram di Jalan Multikarya II No 26, Utan Kayu, Jakarta Timur. Pelayat yang hadir antara lain Sitor Situmorang, Erry Riyana Hardjapamekas, Nurul Arifin dan suami, Usman Hamid, Putu Wijaya, Goenawan Mohamad, Gus Solah, Ratna Sarumpaet, Budiman Sujatmiko, serta puluhan aktivis, sastrawan, dan cendekiawan. Hadir juga Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik. Terlihat sejumlah karangan bunga tanda duka, antara lain dari KontraS, Wapres Jusuf Kalla, artis Happy Salma, pengurus DPD PDI Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta, dan lain-lain. Teman-teman Pram yang pernah ditahan di Pulau Buru juga hadir melayat. Temasuk para anak muda fans Pram.

Jenazah dimandikan pukul 12.30 WIB, lalu disalatkan. Setelah itu, dibawa keluar rumah untuk dimasukkan ke ambulans yang membawa Pram ke TPU Karet Bivak. Terdengar lagu internationale dan dinyanyikan di antara pelayat.

Internasionale: *Versi bahasa Rusia Интернатсайонал

Вставей, прокльят'ием заклиеимиенний, Мир Виеса голодних я рабов! Кипит наш разам возмушчиенний Я v смйертний мальчик виести готов. Мир Виеса назил'я мой разрушим Сделайте основан'я, затием Мой наш, мой новий мир построим: Кто бил ничием, суммируйте станиет всайем! Это ест' наш послиедний Я риешитиел'ний мальчик. S Интернатсайоналом Прут Воспрьяниет людской.

*Versi bahasa Perancis L'Internationale

Debout, les damnés de la terre Debout, les forçats de la faim La raison tonne en son cratère C'est l'éruption de la fin Du passe faisons table rase Foules, esclaves, debout, debout Le monde va changer de base Nous ne sommes rien, soyons tout

C'est la lutte finale Groupons-nous, et demain (bis) L'Internationale Sera le genre humain

*Versi bahasa Inggris The Internationale

Arise ye workers from your slumbers Arise ye prisoners of want For reason in revolt now thunders And at last ends the age of can't. Away with all your superstitions Servile masses arise, arise We'll change henceforth the old tradition And spurn the dust to win the prize.

So comrades, come rally And the last fight let us face The Internationale unites the human race. So comrades, come rally And the last fight let us face The Internationale unites the human race.

Versi bahasa Indonesia *Versi Partai Komunis Indonesia (1951-1965)

Internasionale

Bangunlah kaum jang terhina, Bangunlah kaum jang lapar. Kehendak jang mulja dalam dunia Senantiasa tambah besar. Lenjapkan adat dan faham tua kita Rakjat sedar-sedar. Dunia sudah berganti rupa Untuk kemenangan kita.

Perdjuangan penghabisan, Kumpullah berlawan. Dan Internasionale Pastilah didunia.

Sumber: Situs Indo-Marxist

Internationale diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa Belanda oleh Ki Hadjar Dewantara dan dipopulerkan PKI selama tahun 1951-1965. Terjemahan syair-syair Internationale itu oleh komunis internasional dianggap telah menghilangkan roh proletariat, sehingga CC PKI mendapat celaan keras.

Pada 19 Desember 1948, Amir Sjarifuddin beserta 10 tokoh clash Madiun 1948 juga menyanyikan Indonesia Raya dan Internationale sesaat sebelum dieksekusi.

Versi Yuwinu

Bangunlah kaum yang terhina, Bangunlah kaum yang lapar! Dendam darah menyala-nyala, Kita berjuang `ntuk keadilan. Hancurkan dunia lama sampai kedasar-dasarnya! Dunia baru kita ciptakan, milik s'luruh kaum pekerja!

Perjuangan penghabisan, Berstulah berlawan! Internasionale pastilah didunia!

Tiada "pengasih" dan "penyayang", Tiada dewa atau raja; Kebah'giaan umat manusia Pasti kita sendiri cipta. Musnakan b'lenggu penindasan, Rebut hasil jerih kerja! Kobarkan api, seg'ra tempat selagi baja membara!

Perjuangan...................

Kitalah kaum pekerja s'dunia, Tent'ra kerja nan perkasa. Semuanya mesti milik kita, Tak biarkan satupun penghisap! Kala petir dahsyat menyambar Diatas si angkara murka, Tibalah saat bagi kita surya bersinar cemerlang!

Perjuangan...................

Teks bahasa Indonesia ini adalah konsep saduran yang dikerjakan oleh A.Yuwinu berdasarkan teks bahasa Tionghoa dan bahasa Rusia. Diumumkan untuk pertama kali pada tanggal 31 Mei 1970, kemudian disusun kembali dengan ejaan bahasa Indonesia yang baru. [1]

*Lagu Darah Juang Darah Juang adalah lagu perjuangan mahasiswa Indonesia yang lahir di era reformasi sejak menjelang jatuhnya Orde Baru. Lagu ini karangan aktivis John Sonny Tobing, Ketua KM UGM pertama mahasiswa Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta sekitar tahun 1990. Lirik lagu ini dikerjakan bersama Andi Munajat (Fakultas Filsafat UGM) Lagu ini kemudian kerap dinyanyikan dan dianggap sebagai lagu wajib dalam setiap demonstrasi mahasiswa di seluruh Indonesia.

Lirik

Di sini negeri kami tempat padi terhampar luas samuderanya kaya raya tanah kami subur, Tuhan.

Di negeri permai ini berjuta rakyat bersimbah luka anak kurus tak sekolah pemuda desa tak kerja

Mereka dirampas haknya tergusur dan lapar Bunda, relakan darah juang kami tuk membebaskan rakyat

padamu kami berjanji padamu kami berbakti tuk membebaskan rakyat

Wartawan

pada 27-29 april lalu seluruh media massa di lampung diundang ketaman wisata alam Tabek Indah. Acara tersebut oleh panitia diberi nama Outbond Pers Lampung. Luar biasa manajemen Tabek menjamu kami, kolam renang, kambing guling dan penyanyi yang siap bernyayi sepanjang malam. Saya menyaksikan tikah polah para wartawan media elektronik, cetak., yang sedang berbaur. Wow...luar biasa hasil obserpasi saya, Andri Instruktur outbond yang teman kuliah saya terheran-heran "ini semua wartawan yud" ucapnya sinis. Andri membayangkan dia akan bertemu dengan orang-orang yang mempunyai integritas dan wawasan yang luas, namun malam itu dia melihat para pemabuk dan mendengar guyonan cabul. Saya sendiri melihat malam itu banyak wartawan sedang merendahkan propesinya. Walau banyak juga wartawan serius yang saya hormati. Berat bagi saya yang sangat terobsesi menjadi wartawan setelah malam itu. Namun saya kira kelakuan wartawan seperti itu jangan pula dipandang sinis, sebagian dari mereka benyak yang mengeluh. Kantornya tidak perduli dengan integritas dan cara kerja wartawannya. Artinya mereka terkondisikan. Walau tentu saja, gaji kecil bukan alasan untuk mendangkalkan ahlak lalu korupsi. Saya masih percaya “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah… Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Pramoedya Ananta Toer dalam Khotbah dari Jalan Hidup. *Para Peserta Outbond Pers Lampung Widia Lampung News Rini Suara Reformasi Edi Teknokra Zefry Suara Publik Safrizal Media Kopi Aris Rakyat Lampung Iwan LTV Riyan antv Saifulah Lampung Post Jibun RCTI Heri Lativi Budi Santoso Budiman Antara Abdulah Bandar Lampung News Deki Cheeper LTV Riko Bandar Lampung News Devi Lativi Ferry Bandar Lampung News Hendri TVRI Aris Indosiar Ari Radar Lampung Juniardi Lampung Post Andi antv Budi TPI Bisri Muardani SCTV Masalina Lampung Arena Yesti Lampung Post Dandi Lampung Ekspres Riski Lampung Ekspres Conni Sema RCTI Dasril Lampung Post Yadi Rakyat Lampung Iwan Lampung Arena Rieke Pernama Sari Teknokra Diova Lafiria Alvirazi Teknokra Eko Riadi Lampung Post Andi Media Kopi Saminu Antara Agus W Antara Rosid Sumatra Post Herli Lampung News Redha Haluan Yudi Nopriansyah Teknokra Asep Saifullah SCTV Diki SCTV Endarso Radar Lampung One Sumatra Post