Saturday, November 18, 2006

Vagina Monolog

Penulis: Merlyn Sopjan Cetakan 1, 2006 Ukuran: 125 x 185 mm;Tebal: 124 hal ISBN: 979-24-9952-0 Harga: Rp. 18.000,- Pada tahun 1996, Eve Ensler menulis naskah teater berjudul Vagina Monologues. Naskah itu ditulis Ensler setelah mewawancarai sekitar 200 wanita. Respondennya dari bocah kencur hingga wanita sepuh, berbagai profesi serta etnis. Semula, di Amerika Serikat naskah ini nyaris tak bisa dipentaskan karena judulnya yang mengundang perasaan risi. Stasiun radio, misalnya, menolak mengudarakan iklan pertunjukan karena judul ini dianggap porno. Namun, Ensler maju terus dan menolak mengganti titel seperti yang disarankan teman-temannya. Begitu ia berhasil menggelar pertunjukan perdana, bisik-bisik si vagina ini tak lagi bisa dibendung. Terlebih, bintang-bintang tenar Hollywood seperti Meryl Streep, Glenn Close, dan Winona Ryder berbondong ingin berpartisipasi. Tahun 2002, di Jakarta naskah ini penah di pentaskan oleh Jajang C. Noer. Pemerannya juga artis terkenal macam Ayu Azhari, Sarah Azhari, Ria Irawan, dan Cindy Fatikasari. Dalam naskah, ada dialog mengelitik: “Jika vaginamu berdandan. Apa yang ia pakai?’ Perempuan pertama menjawab ia akan mengenakan sarung sutra, yang kedua bilang kaus oblong, dan yang berikutnya memekikkan nama Oscar Lawalata. Sontak ketawa penonton terdengar. Oscar Lawalata terlahir sebagai pria, dia terkenal sebagai desainer muda berbakat yang lebih dikenal karena penampilannya yang kemayu dan feminin. Oscar tidak oprasi payudara dan tidak menganti kelamin. Namun di luar penampilannya, ada rahasia yang terbungkus penuh tanda tanya. *** Majalah Tempo edisi kemerdekaan 2006, menulis laporan dengan judul “yang terperangkap dalam tubuh,” mengisahkan Meggie Megawati dan Shuniyya. Meggie (29 tahun), berganti kelamin di Rumah Sakit Yanhee International, Bangkok, Thailand. Dadanya membusung dengan silikon di sebuah klinik di Singapura. Untuk itu Meggie mengeluarkan dana sekitar Rp 130 juta. Memang setelah itu Egi Sugiharto nama lahir Meggie, terlihat sangat perempuan. Wajahnya lembut, tak berjakun, gaya bicaranya kemayu. Tubuhnya semampai dengan pinggul menonjol padat. Ia melewati hari-hari di lingkungannya dengan mengikuti berbagai kegiatan sosial, antara lain arisan dan pengajian ibu-ibu. Tidak ada yang tahu kalau dia seorang waria. Hingga suatu hari ia ikut kontes Putri Waria. Meggie terpilih sebagai Juara Pertama. Wajah dan namanya terpampang di sejumlah media massa. Lingkungan di sekitar rumahnya, terutama ibu-ibu pengajian dan arisan, gempar. Lain lagi cerita Shuniyya Ruhama Habiiballah. Alumnus Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini, memilih sebagai perempuan transeksual sejak remaja. Semasa SMA, Shuniyya sudah mengenakan jilbab. Ia ditentang sebagian umat Islam, ia dianggap telah menghina Islam. Suatu hari ia dihampiri sekelompok orang, pria dan wanita. Mereka melontarkan kata-kata tajam, yang menurut Shuniyya, merupakan penghinaan yang sangat memilukan. Ia dibilang menyalahi kodrat, hanya menuruti hawa nafsu. Mereka berteriak, ”Lepaskan kerudungmu. Kamu telah melecehkan kaum muslimah!” Dua orang di antaranya lalu mendekat seraya menarik kerudung Shuniyya. Pernah juga Shuniyya ikut salat berjamaah. Ia masuk barisan perempuan, tapi teman-teman perempuannya menolak keras. Mereka berpandangan. ”Salatnya akan batal bila bersentuhan dengan tubuhku.” Kenang Suniyya. Ia gamang menghadapi kecamuk yang berkerumuk dalam dirinya. ”Saya ini ibarat sosok berjiwa perempuan yang terperangkap dalam tubuh laki-laki.” Keluh Shuniyya. Benarkah? *** Kisah perempuan tanpa kelamin, bagi sebagian orang memang menjadi cerita lucu. Namun banyak yang menilai tragis. Sebuah perjalanan panjang nan melelahkan ketika waria mencari eksistensi ditengah masyarakat. Bingkai bahwa bahwa tuhan menciptakan manusia berpasangan pria dan wanita, di amini semua agama wahyu sejak terbentuknya bumi. Adalah Merlyn Sopjan, sosok intelektual waria yang memperjuangkan eksistensi waria melalui buku. “Perempuan Tanpa Vagina.” Buku ini merupakan buku keduanya setelah “Jangan Lihat Kelaminku : Suara Hati Seorang Waria” yang diterbitkan tahun 2005. Selain aktif menulis buku, lulusan Universitas Teknologi Surabaya ini juga bekerja di sebuah RS DR Syaiful Anwar Malang sebagai case manager HIV/Aids. Merlyn juga menjabat sebagai ketua Ikatan Waria di Malang. Disana dia pernah mencalonkan diri menjadi Walikota Malang yang berbuah kontroversi. Beberapa prestasi telah berhasil diraih Merlyn dalam kontes waria dan sebagai pemenang Putri Waria Indonesia 2006, Merlyn akan mewakili Indonesia dalam kontes waria internasional Miss Tiffany, International Queen, di Bangkok Oktober tahun ini. Dengan gelar yang disandangnya, Merlyn berharap bisa berbuat sesuatu yang berarti untuk kaum waria. Namun seperti vagina monologues yang mengugat kekejaman dan kekerasan terhadap perempuan. Maka Perempuan Tanpa Vagina, Merlyn Sopjan: mengugat diskriminasi terhadap waria.

Wednesday, November 15, 2006

Lebaran, Kawan Menikah dan Umur bertambah

Tahun-tahun sebelum tahun ini, Lebaran menurutku adalah hari dimana, ada ketupat dan pindang tulang yang dimasak dengan versi besar di kuali, tidak lupa gemblong goreng plus rendang daging. Itu biasanya yang dicari tetanga dan sanak family di rumah ku dikampung daerah Suban Lampung Selatan. Hari pertama dan kedua lebaran, ngak ada tempat buat kawanku yang berkunjung kerumah, kecuali di bawah pohon asem halaman belakang. Semua ruangan di rumah yang lumayan luas itu milik tetangga, kerabat dan saudara-saudara yang bergantian menghabiskan makanan dirumah. Maklum Emak seneng kalau masakannya di puji, dan Ebak adalah orang tua gaul yang punya teman hampir satu kecamatan. Karna itu biasanya jarang ada kawan yang datang kerumah dihari pertama dan kedua, namun lebaran tahun ini saya tidak lagi bertugas mencuci piring-gelas, alasannya dua orang tetangga, dengan sukarela membantu mengerjakannya.Walhasil saya jadi tuan rumah yang baik menemani tamu yang datang, satu hal yang membuat saya sangat senang adalah Handphon tak berhenti di kirimi Short Massagge Servise (SMS) ucapan selamat Lebaran. Surprise buat saya. SMS ucapan Lebaran dua hari sebelum dan dua hari sesudah total berjumlah 140-an SMS. Tentu HP tua saya (nokia 3210), tidak bisa menampung jumlah sebanyak itu. kapasitas penyimpanannya hanya 30 SMS. Walhasil, untuk menampung pesan yang terus berdatangan saya pinjam HP emak yang bisa menampung 100 SMS. Semua ucapan itu saya tulis ulang dalam 32 halaman buku catatan saya. Saya tidak mau menghapus ucapan selamat lebaran ini, karna saya tertarik dengan redaksional ucapan yang dipakai. Begitu puitis dan indah permohonan maaf di hari raya ini. Shemone yang berkerja di Kupang mengirim SMS: “Tiada kata Seindah Maaf” tulisnya. Kawan Sunda saya mengirim ucapan berbahasa Sunda, sedangkan yang beretnis Jawa meminta maaf dengan bahasa Jawa. Zeky kawan di Papua, meminta balasan dengan bahasa lampung. Ini kali pertama buat saya memperoleh ucapan Lebaran sebanyak itu, mungkin hanya tahun ini tahun dimana saya menjadi Pemimpin Umum UKPM Teknokra lembaga dimana saya dipertemukan dengan orang-orang yang dengan iklas menyisihkan pulsanya untuk mengucapkan “Selamat Idul Fitri 1427 H, Minal Aidhin walfa Idhin, Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Ini merupakan kehormatan buat saya karna 140 orang telah memaafkan kesalahan saya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja lewat SMS. *** Satu minggu setelah Lebaran 29/10, saya berada di kerumunan alumni SMA 5 Way Halim. Sekolah yang mengukir dua tahun kisah remaja putih abu-abu saya, karna bukan di SMU itu saya lulus. Namun kenangan dari pacar pertama sampai sahabat setia saya peroleh dalam dua tahun disana. Diacara reuni itu, angkatan pertama (1987) sampai angkatan paling anyar 2006 datang bersilaturahmi. Begitu banyak kenangan disana. Dari penjaga sekolah, guru killer, tempat kumpul di sela jam istirahat, sampai kawan lama sengakatan, cukup membuat saya cengar-cenggir sendiri seperti orang gila. Dalam obrolan dengan kawan-kawan se-angkatan (1999) saya banyak memperoleh informasi bahwa banyak kawan yang sudah menikah dan punya anak. Dua orang cewek yang saya kenal datang dengan perut buncit hamil lima bulan. Belum lagi dengar informasi bahwa kawan dekat saya sekarang sudah ada yang punya dua anak. Saya sendiri datang dengan dua orang sahabat, Abramham dan Ade Yugustiawan, Abram sudah menikah 6 bulan lalu, sedangkan Ade, sedang mempersiapkan pernikahannya yang tinggal seminggu lagi (5 November). Pulang dari acara reuni, selain cengar-cenggir rupanya saya melamun, bukan hanya karna kawan banyak yang sudah banyak yang menikah melainkan karna status yang masih mahasiswa ini. Lalu tanggal 5 November reuni kembali berlangsung di pernikahan Ade Yugustiawan sahabat saya. Disana saya lebih banyak bertemu kawan dekat, dan hampir semuanya berstatus sudah menikah. Obrolan mereka tak jauh dari jamu kuat, dari belut sawah sampai kuku bima menjadi bahan untuk memojokan. Walhasil prihal menikah ini, menjadi tema lamunan saya beberapa hari terakhir. Tiba akhirnya umur genap seperempat abad pada 8 November 2006. Tak banyak yang bisa saya ceritakan di umur setua ini. Ucapan ulang tahun pertama adalah dari adik kandung saya Astriana. Dia kirim SMS bertulis “Met Ulatah ya Duy, semoga sukses dan selalu dalam ridho Allah. Tetap jadi Iduy karna kamu kakak koe”. SMS berikutnya emak dikampung menulis “Met Ultah ya Nop, jaga kesehatan dan jangan kebanyakan begadang..he..he..”. Tentu saja he..he.. nya emak di SMS dapat komentar dari Rieke kawan di Teknokra yang membaca SMS itu. Menyusul 12 SMS dari kawan dekat. Lain lagi kawan saya Ade (pengantin baru), dia menanggung biaya makan beberapa teman yang inggin merayakan ulang tahun saya di rumah makan Raja Kuring. Di Teknokra tanggal 8 malam, Anastasia bilang anak mangang di ganggu anak Mapala di kamar mandi. Saya keluar melihat, ternyata akting Anas sukses, diluar kru Teknokra sudah siap dengan ember berisi air untuk menyiram saya. Dan genap sudah kebahagian saya di bulan Syawal ini: banyak teman, Kawan menikah dan masih dikaruniai kehidupan di umur yang seperempat abad ini.