Monday, July 31, 2006
Sunday, July 30, 2006
Si Tukang Palu
Saturday, July 29, 2006
Si Bule Tukang Foto
Kedua bule itu, memotret apa saja di Teknokra. kamera Michael digital Nikon D 70. Mereka memotret gudang yang berisi budel koran, lemari buku, papan tulis, memotret ruang redaksi. Di ruang redaksi, Robert inggin menujukan situs kampusnya www.csulb.edu Robert Lara, M.A. di situs ini saya melihat profil Robert sebagai Dosen teori kepemimpinan di Chicano Latino Studies Department di California State University Long Beach (CSULB), dia menyelesaikan program Bachelor’s jurusan Social work and Mexican American Studies di California State University Los Angeles (CSULA). Pada tahun 1995 menyelesaikan program Master Public Policy and Administration di CSULB. Dan melakukan disertasi Doctorate tentang Education Leadership di University of California, Los Anggels (UCLA).
Setelah puas memotret, ruangan Teknokra, mereka pun inggin berfoto bersama, seperti biasa kenorakan anak Teknokra yang hobi berpose, selalu siap untuk di potoret.
Nomor dua dari kiri Michael Jackson dan Michelle Rhiata Jackson kecil, yang paling kanan Robert tak mau kalah bergaya dengan kru Teknokra.
Mereka bilang akan datang nanti malam, melihat pertunjukan teater di gedung ini. Memang saat mereka datang, kru UKMBS sedang mempersiapkan pertunjukan teater yang di gelar malam itu. Namun sampai tulisan ini di tulis jam dua belas malam, tuh bule ngak datang.
Friday, July 28, 2006
Diskusi Bengkel Jurnalisme
Pendidikan
Jum'at, 28 Juli 2006
Bengkel Jurnalisme: Hak Publik di Tengah Persaingan Media
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Tingkat persaingan media massa semakin ketat, termasuk di daerah. Namun, acap terjadi, persaingan tersebut berimbas pada tidak terpenuhinya hak publik. Sebab itu, para pemimpin media massa, koran daerah, harus didorong untuk meny
Pendidikan
Senin, 3 Juli 2006
Bengkel Jurnalisme: Mereproduksi Ide dalam Opini
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Opini sebagai salah satu karya jurnalistik berangkat dari reproduksi ide penulisnya. Artinya, tidak ada ide yang benar-benar orisinal dalam opini. Demikian kesimpulan dalam Sekolah Jurnalistik yang membahas menulis opini yang dig
Pendidikan
Jum'at, 9 Juni 2006
Info Pendidikan
Bengkel Jurnalisme Gelar Sekolah Jurnalistik BANDAR LAMPUNG--Bengkel Jurnalisme menggelar Sekolah Jurnalistik, Sabtu (10-6), di Sekretariat Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) Republica Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universita
Pendidikan
Sabtu, 29 April 2006
Info Pendidikan
Bengkel Jurnalisme Gelar Sekolah-Diskusi BANDAR LAMPUNG--Bengkel Jurnalisme menggelar Sekolah Jurnalistik, hari ini (29-4), di Gedung Aula Lama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (FKIP Unila), pukul 10.00. Sedangkan pada pukul 13.00
Bandar Lampung
Senin, 3 April 2006
Dinamika
Bengkel Dialog Profesi Pers BANDAR LAMPUNG--Dialog dua mingguan Bengkel Jurnalisme, Minggu (2-4), memilih topik Pandangan Publik terhadap Profesi Jurnalis dan Aktivitas Pers untuk menilai kinerja media massa dan perilaku wartawan di Lampung kin
Monday, July 24, 2006
Pelatihan Di PPSDP Cibubur
Tanggal 17—23 juli, saya oleh Rektor di suruh mewakili Universitas Lampung untuk menjadi peserta latihan keterampilan kepemimpinan pemuda, yang menjadi program tahunan Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga. Kami masuk dalam angkatan kedua Program ini. Karna sebelumnya bulan Maret pelatihan serup pernah dilaksanakan. Program ini di gelar di Pusat Pengembangan Sumber Daya Pemuda (PPSDP) Cibubur, Jakarta Timur, yang tepat di depannya ada Hyper Market, Cibubur Jungsen. PPSDP berdiri di areal 10 ha, ada pos polisi di pintu masuknya. Didalamnya ada lapangan sepak bola, basket, volly dan tenis. Di areal itu juga ada tempat kursus bahasa Korea, dua gedung serba guba berlantai dua, Masjid, kantin dan dua gedung 4 lantai sebagai asrama tempat menginap yang beberapa kamarnya dihuni oleh cewek-cewek calon suster di Akademi keperawatan. Kampusnya di sebelah PPSDP.
Saya datang senin siang, angkot 121 yang membawa saya dari Pasar Rebo menurunkan di Bumi Perkemahan Jambore Cibubur, dari situ saya berjalan satu kilo melewati jembatan layang ke PPSDP. Di dekat pintu masuk PPSDP, saya ngobrol dengan tukang es dan sempat menyeruput es doger Jakarta, tak lama dua orang Ahwat datang mereka membeli koran dan memesan es doger yang sama. Saya menegur mereka, bertanya apakah mereka peserta LKKT, ternyata dugaan saya benar. Mereka ramah, yang satu bernama Dian Widianti dari Universitas Diponegoro, Semarang. Sedang yang satunya Utusan Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur bernama Nastarita. Kami ngobrol sambil minum es doger. Lalu saya di antar untuk registrasi. Saya bertemu dengan Kartini Susilowati staf di KEMENEGPORA, yang melayani registrasi. Kartini wanita ramah dengan suara yang pelan. Dia mengerjakan hampir semua kebutuhan peserta hari itu. Dia mengecek kunci kamar, mempersiapkan makan siang dan melayani registrasi peserta. Kartini kaget karna saya bukan dari Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM).
Entah melalui kriteria atau apa, saya di pilih Rektor ke Cibubur. Karna disana saya bertemu banyak Presiden Mahasiswa dan menteri Luar Negeri, Badan Ekskitif Mahasiswa (BEM) dari banyak Universitas. Mereka bilang bahwa undangan mengharuskan utusan berasal dari pengurus BEM atau organisasi Kepemudaan (OKP). Saya tidak tahu karna undangan tidak pada saya. Tapi saya bersukur bisa bertemu 38 pemuda dari bermacam suku, dari banyak propinsi. Acara pelatihan dimulai malam hari di ruang AC Latpim lantai dua. DR.H.M. Budi Setiawan. M.Eng, Deputi Bidang Pengembangan Kepemimpinan Pemuda, Kemenegpora. Membuka acara tersebut setelah menjelaskan panjang lebar prihal satu tahun kembalinya Kemenegpora. Setelah acara pembukaan Iwan, pangilan pejabat Eselon I termuda itu mengisi sesi pertama pelatihan. “kebijakan Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga”, dibilangnya populasi pemuda merupakan bagian terbesar dari total populasi penduduk Indonesia yaitu sebesar 79,8 juta orang, sekitar 37,22 % penduduk Indonesia. Jumlah ini merupakan aset nasional yang potensial sebagai kader pemimpin, pelopor dan pengerak pembangunan yang produktif. Tapi memang di negeri ini generasi muda belum memiliki kualitas yang tinggi untuk melaksanakan berbagai upaya pembangunan. Indikator yang dapat dilihat adalah dari pemuda yang berpendidikan formal, yaitu dari 79,8 juta pemuda, 10,36 % tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD, Sedang yang bersekolah dilihat dari jenjang pendidikan tamatan SD 34,7%, SLTP 26,9 % , SMU 24,4 %, sedang yang mengenyam perguruan tinggi 3,73 %. Keterbatasan kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan inilah yang mengakibatkan angka penganguran terbuka pemuda relatif meningkat.
Strategi kebijakan Kemenegpora untuk mengatasi masalah-masalah kepemudaan tersebut dilaksanakan melalui lima strategi utama:
1. Pengembangan organisasi kepemudaan
2. Pengembangan minat dan semangat kewirausahaan pemuda
3. Perlindungan terhadap segenap generasi muda dari bahaya destruktif
4. Pengembangan wawasan kebangsaan di kalangan pemuda
5. Penyiapan pemuda dalam menghadapi persaingan global
Acara pertama senin 17 juli itu berakhir pukul 22.00 wib. Kami kembali kepenginapan yang jaraknya satu kilo melewati lapangan bola. Saya satu kamar dengan Presiden Mahasiswa Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung, Tubagus Ridwan Ahmad dan Rasyid Menteri Luar Negeri BEM UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta. Tubagus lelaki tegap kelahiran 82, suaranya beriton, mantap terdengar, orang tuanya tinggal di Ciomas Banten. Sedang Rasyid adalah pemuda kelahiran Sulawesi Utara, sekilas dia terlihat galak hanya saja dia selalu menyebutkan namanya terlebih dahulu jika inggin berkomentar (kalau Rosyid tidak jelas dengan sesi barusan, Katanya. Seperti itu).
Hari kedua pelatihan peserta yang bagun pagi, sebagian berinisiatif main bola. Dipelopori Lifein Nazareth Seli, orang Alor Papua, yang menjadi pengurus pusat GMKI. Sesi molor setengah jam dari agenda pukul 08.00. DR. Sihadi Darmo Wihardjo mengisi sesi konstelasi/penjelasan Latihan Keterampilan Kepemimpinan Pemuda, DR, Sihadi banyak bercerita tentang program kewirausahaan pemuda yang telah di laksanakan KEMENEGPORA dan menawarkan peserta untuk membuat program kewirausahaan, yang di contohkannya seperti di Universitas Negeri Jakarta, mahasiswa disana membuat Frick chiken Kampus. DR. Sihadi juga berkali-kali meyakinkan peserta, bahwa tidak ada maksud politik dalam pelatihan ini untuk kepentingan Departemennya, “ini murni pembekalan keterampilan kepemimpinan pemuda, yang kelak memimpin dan akan di pimpin. ”Di akhir sesinya, panitia membagikan sebuah Rancangan Undang-Undang , yang dikancah KEMENEGPORA tentang Pembangunan Kepemudaan. Sesi selesai tepat pukul 10.00.
***
Selasa, 18 Juli.
Sesi kedua pelatihan ini agak kacau, Drs. H. Nur Eddy Budiono, MM. yang mengisi materi Permasalahan dan Tantangan Kepemimpinan pemuda di Indonesia, Nur Eddy, di awal sesinya, membicarakan gerakan mahasiswa sangat rentan dengan pengaruh kuat pemilik modal. Dia menganalogikan pemilik modal saat ini di Indonesia adalah orang-orang yang “bermata lima watt.” Dengan menganalogikan, Tommy Winata yang sangat mudah membayar orang untuk berdemo, di tambahkannya lagi “mata lima Watt,” biasanya menginfestasikan modalnya untuk membawa kerabatnya di daratan tempat asal mereka. Sepontan Novita, memotong pembicaraan, “Intrupsi pak, saya coba buka wacana! Jangan-jangan, si mata lima watt yang bapak bilang lebih terang cahayanya dari mata seratus watt sekalipun.” Ucap Novita, dia tersedak ketika hendak melanjutkan ucapannya. Nur Eddy mengangkat tangan, tanda tidak mau ada Intrupsi. Novita berdiri, berjalan keluar ruangan, dia membanting pintu. Di susul empat orang peserta, yang ikut juga keluar. Saya mencoba menahan diri mengukuti sesi itu, tapi rasa penasaran untuk melihat ada apa di luar ruangan lebih besar ketimbang mendengar Pak Nur Eddy, yang malah semakin genjar menyudutkan orang yang disebutnya bermata lima watt. Di luar saya melihat Novita menagis, ada ibu Kartini yang mencoba menenagkanya dan empat peserta yang ikut keluar Marulin Hasbi, utusan Satuan Mahasiswa Pemuda Pancasila, Jeki Kornelis Patola, Menlu BEM Universitas Nusa Cendana, Yusliadi Y, Presiden Universitas Bengkulu dan Adnan Hamsin, S.Pd. Pengurus DPD KNPI Banten. Mereka semua kecewa dengan ucapan Pak Nur Barusan. Ada juga Dian dan Nastarita yang masuk keruangan lagi setelah tidak berhasil membujuk Novita masuk.
Novita adalah wanita keturunan Cina, dia utusan Universitas Atma Jaya. Sama seperti saya, Novi bukan utusan BEM, tapi ditujuk langsung oleh Rektornya. Waktu registrasi saya benyak berdiskusi, kami makan siang bersama sambil melihat Andrew White artis sinetron, yang sedang sutting di lokasi asrama PPSDP yang mirip rumah sakit. Novita tanya apa di lampung Gajah masih sering kelihatan berkeliaran. Saya tertawa, mungkin seperti itu pandangan orang Pusat terhadap daerah. Informasi pembangunan terpusat pada Jakarta, Informasi tentang Lampung hanya Gajah dan hutan gundul karna pengusaha Jakarta. Novita orang yang asik diajak ngobrol, dia pendengar yang baik dan penaya ulung. Kami tidak masuk ruangan pelatihan selama sisa sesi Pak Nur. Ada yang masih meneruskan membahas ucapan Pak Nur, ada yang mempertanyakan tentang esensi materi dalam pelatihan. Saya sendiri pergi ke Masjid dengan Yusliadi, karna suara Azan Duhur.
Ketika makan siang, pergunjingan masalah di ruang pelatihan, mampir hampir disetiap meja makan peserta, saya memilih meja yang diisi oleh tiga Presiden, untuk memperoleh Informasi sesi yang tadi ditinggal. Ada Tubagus, Jenal Abidin Presiden BEM IPB, Agung Nugraha Presiden BEM UGM. Mereka sepakat bahwa ucapan Pak Nur hanya memancing peserta agar dapat lebih termotivasi menjadi pemimpin yang kuat, militan dan berintegritas dengan memanfaatkan sumber dana yang ada. Sehingga tidak mudah ditunggangi oleh penjahat pemilik modal. Hanya saja analogi yang dipakai sangat mendiskriditkan ras tertentu. Andai Novi dan beberapa teman yang keluar tadi tetap berada didalam kemungkinannya seperti apa? Mereka bilang, posisi Novi dan Tommy Winata dalam sesi itu memang tidak diuntungkan, analogi yang dipakai seolah mereka orang Cina oportunis yang dagang di Indonesia. Sinisme Pak Nur terhadap Cina, mungkin ada benarnya bilang Tubagus. Namun Tubagaus sepakat dengan Jeki yang bilang, bahwa keturunan Cina, Arab, India bahkan Eropa yang tinggal di Indonesia akan merasa tidak memiliki Indonesia dengan sinisme itu. Karna jika dilihat di Televisi, keturunan bangsa-bangsa itulah yang sering tampil di pentas dan memiliki peran yang strategis dalam percepatan pembanguan bangsa ini. Bersambung...
Saturday, July 08, 2006
Ujian Nasional (UN)
Thursday, July 06, 2006
Teman Angkatan 24 Teknokra
Mutun, 05/07/06...
Tak ada rencana sebelumnya untuk agenda rekreasi ke pantai, apa lagi rabu siang itu alumni Teknokra, Eka Tiara Chandra menikah, sehingga kami harus datang keresepsinya. Ide rekreasi muncul dari empat cewek, teman satu angakatan masuk Teknokra pada 2002. Mayna Satri, Rieke Pernamasari, Diova Alviria Alvirazi dan Heni Fuji Astuti. Nama terakhir ini tidak lagi menjadi pengurus Teknokra. Heni sudah menyelesaikan studinya di pendidikan Matematika FKIP Unila bulan maret lalu dan sekarang meneruskan studi S2 di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Kedatangannya khusus untuk berpamitan sekaligus membawa barang-barang kos ke rumahnya di Serang. Pertama-tama Mayna kebinggungan mencari lokasi rekreasi, namun setelah berhasil mengajak Erie Khafif Mukti. Diaji Andi dan Dwi Pelita Safari. Pantai mutun pun spontan dituju. Dwi dan Diaji juga sudah tidak di Teknokra, Dwi menjadi Guru di sekolah menengah Kota Bumi Lampung Tengah, sedang Diaji sedang sibuk mengerjakan skripsi Ilmu komunikasinya di Fisip Unila. Kami sampai di mutun sore hari pukul 16.50 wib, mengunakan sepeda motor, satu motor berpasangan, saya dengan Heni, Eriek- Diova, Mayna-Diaji dan Dwi dengan Rieke. Satu motor harus membayar tiket masuk pantai mutun Rp. 5.000,-. Dalam peta, pantai Mutun masuk dalam wilayah Padang Cermin Lampung Selatan, Kurang lebih 20 kilometer dari kota Bandar Lampung. Ada juga disana pangkalan TNI angkatan Laut. Luas lokasi pantai mutun sendiri lebih dari tiga lapangan bola yang dibelah perkampungan kecil. kami memilih lokasi yang melewati perkampungan tersebut.
Tak banyak yang kami kerjakan sebelum gelap, kami hanya mengobrol dan bercanda sembari berfoto. Kamera canon A-60 yang di bawa Rieke di pasang timer 10 detik ditaruh di atas batu karang, mengarah kami yang mengangkat satu kaki. Pegal juga sebelah kaki kami menahan berat badan, apa lagi kami tertawa sambil berpose manis, 1,2,3 cepretttt, bliz kamera menyambar kami yang terpinpingkal. Hasilnya:
(Dari kiri: Diaji, me, Heni, Mayna, Rieke, Diova, Dwi dan Eriek)
Seru banget senja itu di pantai mutun. Kami bergantian mencoba melucu namun tampaknya hanya saya yang dianggap paling lucu he.he.. Acara berfoto berhenti dipotong suara Azan dari perkampungan, kami sempat sholat di musala kecil kampung itu. Tak banyak rumah di sana, hanya 27 kepala keluarga, yang di koordinir ketua RT. Pak Bondang. Setelah sholat kami kembali ke tempat awal kami berkumpul. Kali ini kami duduk di salah satu bungalo bambu yang sore tadi takut kami duduki karna diatasnya ada papan bertulis 'disewakan 15.000'. Malam itu kami bermain 'truth or daed' permainan yang namanya membuat Mayna takut. Peraturannya mudah, sebelunya kami bermain kacang pendek-kacang panjang mencari korban. Secara berirama Rieke memandu permainan: "kacang panjang, kacang pendek, yang panjang ngak jadi." hanya Diova yang tidak menjulurkan tangan kedepan, dia malah memendekan tangan kebawah ketiak. walhasil Diova menjadi korban pertama, Diova harus menjawab jujur setiap satu pertanyaan dari kami atau Diova dilempar kelaut. Wah akhirnya 7 pertanyaan serius dilontarkan, saya jadi banyak tau tentang privasi Diova, tentang kisah asmaranya dan yah gitu deh.... Namun salah satu peraturan permainan itu juga melarang menceritakan kembali keorang lain apa yang sudah ditanya dan dijawab para peserta yang ikut (hem, sayang ya tidak bisa bongkar ceritanya Diova)... Secara bergantian kami kena giliran. Seru kadang membuat kami terpingkal sampai mengeluarkan air mata. Permainan itu juga direkam di HP comunicator saya. Di akhir permainan, setiap kami buat 'make a wish' yang direkam, salah satu permohonannya kita akan berkumpul lagi ditempat yang sama 4 tahun yang akan datang. Amin.Ide rekreasi muncul dari empat cewek, teman satu angakatan masuk Teknokra pada 2002. Mayna Satri, Rieke Pernamasari, Diova Alviria Alvirazi dan Heni Fuji Astuti

