Monday, July 24, 2006

Pelatihan Di PPSDP Cibubur

Tanggal 17—23 juli, saya oleh Rektor di suruh mewakili Universitas Lampung untuk menjadi peserta latihan keterampilan kepemimpinan pemuda, yang menjadi program tahunan Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga. Kami masuk dalam angkatan kedua Program ini. Karna sebelumnya bulan Maret pelatihan serup pernah dilaksanakan. Program ini di gelar di Pusat Pengembangan Sumber Daya Pemuda (PPSDP) Cibubur, Jakarta Timur, yang tepat di depannya ada Hyper Market, Cibubur Jungsen. PPSDP berdiri di areal 10 ha, ada pos polisi di pintu masuknya. Didalamnya ada lapangan sepak bola, basket, volly dan tenis. Di areal itu juga ada tempat kursus bahasa Korea, dua gedung serba guba berlantai dua, Masjid, kantin dan dua gedung 4 lantai sebagai asrama tempat menginap yang beberapa kamarnya dihuni oleh cewek-cewek calon suster di Akademi keperawatan. Kampusnya di sebelah PPSDP. Saya datang senin siang, angkot 121 yang membawa saya dari Pasar Rebo menurunkan di Bumi Perkemahan Jambore Cibubur, dari situ saya berjalan satu kilo melewati jembatan layang ke PPSDP. Di dekat pintu masuk PPSDP, saya ngobrol dengan tukang es dan sempat menyeruput es doger Jakarta, tak lama dua orang Ahwat datang mereka membeli koran dan memesan es doger yang sama. Saya menegur mereka, bertanya apakah mereka peserta LKKT, ternyata dugaan saya benar. Mereka ramah, yang satu bernama Dian Widianti dari Universitas Diponegoro, Semarang. Sedang yang satunya Utusan Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur bernama Nastarita. Kami ngobrol sambil minum es doger. Lalu saya di antar untuk registrasi. Saya bertemu dengan Kartini Susilowati staf di KEMENEGPORA, yang melayani registrasi. Kartini wanita ramah dengan suara yang pelan. Dia mengerjakan hampir semua kebutuhan peserta hari itu. Dia mengecek kunci kamar, mempersiapkan makan siang dan melayani registrasi peserta. Kartini kaget karna saya bukan dari Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM). Entah melalui kriteria atau apa, saya di pilih Rektor ke Cibubur. Karna disana saya bertemu banyak Presiden Mahasiswa dan menteri Luar Negeri, Badan Ekskitif Mahasiswa (BEM) dari banyak Universitas. Mereka bilang bahwa undangan mengharuskan utusan berasal dari pengurus BEM atau organisasi Kepemudaan (OKP). Saya tidak tahu karna undangan tidak pada saya. Tapi saya bersukur bisa bertemu 38 pemuda dari bermacam suku, dari banyak propinsi. Acara pelatihan dimulai malam hari di ruang AC Latpim lantai dua. DR.H.M. Budi Setiawan. M.Eng, Deputi Bidang Pengembangan Kepemimpinan Pemuda, Kemenegpora. Membuka acara tersebut setelah menjelaskan panjang lebar prihal satu tahun kembalinya Kemenegpora. Setelah acara pembukaan Iwan, pangilan pejabat Eselon I termuda itu mengisi sesi pertama pelatihan. “kebijakan Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga”, dibilangnya populasi pemuda merupakan bagian terbesar dari total populasi penduduk Indonesia yaitu sebesar 79,8 juta orang, sekitar 37,22 % penduduk Indonesia. Jumlah ini merupakan aset nasional yang potensial sebagai kader pemimpin, pelopor dan pengerak pembangunan yang produktif. Tapi memang di negeri ini generasi muda belum memiliki kualitas yang tinggi untuk melaksanakan berbagai upaya pembangunan. Indikator yang dapat dilihat adalah dari pemuda yang berpendidikan formal, yaitu dari 79,8 juta pemuda, 10,36 % tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD, Sedang yang bersekolah dilihat dari jenjang pendidikan tamatan SD 34,7%, SLTP 26,9 % , SMU 24,4 %, sedang yang mengenyam perguruan tinggi 3,73 %. Keterbatasan kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan inilah yang mengakibatkan angka penganguran terbuka pemuda relatif meningkat. Strategi kebijakan Kemenegpora untuk mengatasi masalah-masalah kepemudaan tersebut dilaksanakan melalui lima strategi utama: 1. Pengembangan organisasi kepemudaan 2. Pengembangan minat dan semangat kewirausahaan pemuda 3. Perlindungan terhadap segenap generasi muda dari bahaya destruktif 4. Pengembangan wawasan kebangsaan di kalangan pemuda 5. Penyiapan pemuda dalam menghadapi persaingan global Acara pertama senin 17 juli itu berakhir pukul 22.00 wib. Kami kembali kepenginapan yang jaraknya satu kilo melewati lapangan bola. Saya satu kamar dengan Presiden Mahasiswa Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung, Tubagus Ridwan Ahmad dan Rasyid Menteri Luar Negeri BEM UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta. Tubagus lelaki tegap kelahiran 82, suaranya beriton, mantap terdengar, orang tuanya tinggal di Ciomas Banten. Sedang Rasyid adalah pemuda kelahiran Sulawesi Utara, sekilas dia terlihat galak hanya saja dia selalu menyebutkan namanya terlebih dahulu jika inggin berkomentar (kalau Rosyid tidak jelas dengan sesi barusan, Katanya. Seperti itu). Hari kedua pelatihan peserta yang bagun pagi, sebagian berinisiatif main bola. Dipelopori Lifein Nazareth Seli, orang Alor Papua, yang menjadi pengurus pusat GMKI. Sesi molor setengah jam dari agenda pukul 08.00. DR. Sihadi Darmo Wihardjo mengisi sesi konstelasi/penjelasan Latihan Keterampilan Kepemimpinan Pemuda, DR, Sihadi banyak bercerita tentang program kewirausahaan pemuda yang telah di laksanakan KEMENEGPORA dan menawarkan peserta untuk membuat program kewirausahaan, yang di contohkannya seperti di Universitas Negeri Jakarta, mahasiswa disana membuat Frick chiken Kampus. DR. Sihadi juga berkali-kali meyakinkan peserta, bahwa tidak ada maksud politik dalam pelatihan ini untuk kepentingan Departemennya, “ini murni pembekalan keterampilan kepemimpinan pemuda, yang kelak memimpin dan akan di pimpin. ”Di akhir sesinya, panitia membagikan sebuah Rancangan Undang-Undang , yang dikancah KEMENEGPORA tentang Pembangunan Kepemudaan. Sesi selesai tepat pukul 10.00. *** Selasa, 18 Juli. Sesi kedua pelatihan ini agak kacau, Drs. H. Nur Eddy Budiono, MM. yang mengisi materi Permasalahan dan Tantangan Kepemimpinan pemuda di Indonesia, Nur Eddy, di awal sesinya, membicarakan gerakan mahasiswa sangat rentan dengan pengaruh kuat pemilik modal. Dia menganalogikan pemilik modal saat ini di Indonesia adalah orang-orang yang “bermata lima watt.” Dengan menganalogikan, Tommy Winata yang sangat mudah membayar orang untuk berdemo, di tambahkannya lagi “mata lima Watt,” biasanya menginfestasikan modalnya untuk membawa kerabatnya di daratan tempat asal mereka. Sepontan Novita, memotong pembicaraan, “Intrupsi pak, saya coba buka wacana! Jangan-jangan, si mata lima watt yang bapak bilang lebih terang cahayanya dari mata seratus watt sekalipun.” Ucap Novita, dia tersedak ketika hendak melanjutkan ucapannya. Nur Eddy mengangkat tangan, tanda tidak mau ada Intrupsi. Novita berdiri, berjalan keluar ruangan, dia membanting pintu. Di susul empat orang peserta, yang ikut juga keluar. Saya mencoba menahan diri mengukuti sesi itu, tapi rasa penasaran untuk melihat ada apa di luar ruangan lebih besar ketimbang mendengar Pak Nur Eddy, yang malah semakin genjar menyudutkan orang yang disebutnya bermata lima watt. Di luar saya melihat Novita menagis, ada ibu Kartini yang mencoba menenagkanya dan empat peserta yang ikut keluar Marulin Hasbi, utusan Satuan Mahasiswa Pemuda Pancasila, Jeki Kornelis Patola, Menlu BEM Universitas Nusa Cendana, Yusliadi Y, Presiden Universitas Bengkulu dan Adnan Hamsin, S.Pd. Pengurus DPD KNPI Banten. Mereka semua kecewa dengan ucapan Pak Nur Barusan. Ada juga Dian dan Nastarita yang masuk keruangan lagi setelah tidak berhasil membujuk Novita masuk. Novita adalah wanita keturunan Cina, dia utusan Universitas Atma Jaya. Sama seperti saya, Novi bukan utusan BEM, tapi ditujuk langsung oleh Rektornya. Waktu registrasi saya benyak berdiskusi, kami makan siang bersama sambil melihat Andrew White artis sinetron, yang sedang sutting di lokasi asrama PPSDP yang mirip rumah sakit. Novita tanya apa di lampung Gajah masih sering kelihatan berkeliaran. Saya tertawa, mungkin seperti itu pandangan orang Pusat terhadap daerah. Informasi pembangunan terpusat pada Jakarta, Informasi tentang Lampung hanya Gajah dan hutan gundul karna pengusaha Jakarta. Novita orang yang asik diajak ngobrol, dia pendengar yang baik dan penaya ulung. Kami tidak masuk ruangan pelatihan selama sisa sesi Pak Nur. Ada yang masih meneruskan membahas ucapan Pak Nur, ada yang mempertanyakan tentang esensi materi dalam pelatihan. Saya sendiri pergi ke Masjid dengan Yusliadi, karna suara Azan Duhur. Ketika makan siang, pergunjingan masalah di ruang pelatihan, mampir hampir disetiap meja makan peserta, saya memilih meja yang diisi oleh tiga Presiden, untuk memperoleh Informasi sesi yang tadi ditinggal. Ada Tubagus, Jenal Abidin Presiden BEM IPB, Agung Nugraha Presiden BEM UGM. Mereka sepakat bahwa ucapan Pak Nur hanya memancing peserta agar dapat lebih termotivasi menjadi pemimpin yang kuat, militan dan berintegritas dengan memanfaatkan sumber dana yang ada. Sehingga tidak mudah ditunggangi oleh penjahat pemilik modal. Hanya saja analogi yang dipakai sangat mendiskriditkan ras tertentu. Andai Novi dan beberapa teman yang keluar tadi tetap berada didalam kemungkinannya seperti apa? Mereka bilang, posisi Novi dan Tommy Winata dalam sesi itu memang tidak diuntungkan, analogi yang dipakai seolah mereka orang Cina oportunis yang dagang di Indonesia. Sinisme Pak Nur terhadap Cina, mungkin ada benarnya bilang Tubagus. Namun Tubagaus sepakat dengan Jeki yang bilang, bahwa keturunan Cina, Arab, India bahkan Eropa yang tinggal di Indonesia akan merasa tidak memiliki Indonesia dengan sinisme itu. Karna jika dilihat di Televisi, keturunan bangsa-bangsa itulah yang sering tampil di pentas dan memiliki peran yang strategis dalam percepatan pembanguan bangsa ini. Bersambung...

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home