Wednesday, June 14, 2006

Pers Mahasiswa di Lampung Post

Pers Kampus tak Cuma Menulis Lo... KEBERADAAN pers kamus kian marak di perguruan tinggi di Lampung belakangan ini. Mahasiswa meyakini keberadaan lembaga pers tidak sekadar untuk mengetahui bagaimana menulis yang baik, tapi menjadikannya sarana menyampaikan kebenaran fakta, kontrol sosial, dan pendidikan bagi mahasiswa.Teknokra, sebuah produk dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Universitas Lampung, terbit sejak 1977. Produk pers mahasiswa di Lampung itu kini menghasilkan format buletin dan majalah. Buletin Teknokra News, terbit dua pekan sekali dengan gaya straight news. Majalah Teknokra terbit dua bulan sekali dengan gaya naratif dan jurnalisme sastrawi. "Pemaparan naratif dengan gaya jurnalisme sastra justru mampu mengeksplorasi fakta dalam bentuk tulisan yang detail. Selain, membuat pembaca mudah memahami isi berita, juga mampu memunculkan kesan rasa pembaca. Kami juga jadi semangat menggali data lebih dalam, menulis dengan baik," kata Yudi Nopriansyah, Pempimpin Umum LPM Teknokra, di sekretariatnya, Jumat (2-6). Majalah yang 70% merupakan hasil liputan itu mengulas hal aktual tentang kampus dan kondisi Lampung, selebihnya rubrik sastra dan esai. Gaya tulisan mengadopsi style The Newyorker dan Majalah Pantau, sedangkan Majalah Tempo, Kompas dan Lampung Post sebagai referensi isu. Perbaruan tampilan dan rubrik berita, juga selalu dilakukan, paling tidak tiga hingga lima tahun, hal yang baru itu diciptakan. "Pada 2002 hingga 2005 terbitan kami masih berbentuk tabloid 24 halaman. Kami berubah format ke tabloid dengan 100 halaman pada 2005," kata Yudi, mahasiswa FISIP Komunikasi angkatan 2002. Yudi menjelaskan secara umum penerbitan kampus terkendala independensi dengan pihak kampus. "Namun, untuk di Unila, LPM Teknokra merupakan badan otonom kemahasiswaan yang diakui rektorat. Jadi tidak pernah ada intervensi sebelum berita terbit," kata dia. Namun, dia mengaku pihaknya masih tetap mandapat komplain petinggi kampus ketika tulisan berkaitan kebijakan kampus, tak berkenan di hati mereka. Menurut Erie Khatif, Pimpinan Redaksi Teknokra, pers harus idealis, menyajikan kebenaran, independen, dan bebas dari kepentingan apa pun. "Sepanjang itu fakta, kami berani menulis," kata Erie, mahasiswa FISIP Unila. Bagi Lembaga Pers Kampus (LPM) IAIN Raden Intan berbeda lagi. Menurut Pimpinan Redaksi LPM IAIN Raden Intan, Erik, sulit jika menyoroti masalah kebijakan kampus, pasti terbentur saat penggalian data. "Ketika data tak berhasil didapat, kami tentu tak berani menurunkan beritanya," kata Erik di Masjid IAIN, Jumat (2-6). Selain masalah itu, Erik menilai kontribusi dukungan anggaran masih minim untuk membuat terbitan IAIN menjadi lebih bernas dan tampil menarik. LPM IAIN Raden Intan menerbitkan Surat Kabar Raden Intan hanya sekali dalam satu semester, yakni pada awal semeter. Lainnya, Buletin Pabula dan Renaisans, juga satu kali dalam satu semester. Terbitan LPM Raden Intan, yang berdiri 1985 itu juga menemukan kendala lain, yaitu komitmen tim redaksi terhadap lembaga tersebut. "Mereka banyak yang aktif juga di lembaga lain. Ketika akan terbit, untuk rapat saja susah, ada yang sibuk di organisasi lain, ada yang mengerjakan tugas kampus, ada yang lagi skripsi, dan lainnya," kata Erik, mahasiswa semester delapan Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam. Erik menjelaskan untuk bergabung LPM IAIN Raden Intan, melalui pelatihan jurnalistik (plastik) atau magang selama satu bulan. Selanjutnya, mereka yang terpilih menjadi tim redaksi adalah yang teruji loyalitas dan produktivitasnya. Pers kampus bagi Erik banyak memberi ilmu menulis. Dia berharap hal itu dapat menunjang pekerjaannya kelak sebagai penulis. n DWI/M-2

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home