Saturday, May 21, 2005

Bertemu Andreas Harsono

Foto ini saya unduh dari blognya mas Andreas. (Dari kiri ke kanan) Anggara Pernando (tabloid Bahana Mahasiswa, Universitas Riau), Wiwit Putri W (majalah Canopy, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang), Subkhan Rama Dani (majalah Dianns, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya), Avanty Nurdiana ("Kavling 10" Universitas Brawijaya), Yanuar Kurniawan (majalah Indikator, Universitas Brawijaya), Nograhany Widhi Koesumawardhani (Canopy), Ahmad Ainur Rohman (Dianns), Hifhzil Aqidi (Republica, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung), Aulia Marti (Mimbar Untan, Universitas Tanjungpura, Pontianak), Tegar Yusuf Putuhena (Manifest, Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya), Yusrianti Y.Pontodjaf (Yayasan Pantau)n, Yoso Mulyawanz (Republica), Ahdika Fitrariato (Mimbar Untan), Eva Danayanti (Alumni Teknokra, Universitas Lampung, dan berkerja untuk Yayasan Pantau) dan I Putu Agus Andrian (majalah Indikator). 15 mei 2005 lalu 23 wartawan mahasiswa dari seluruh indonesia ikut dalam pelatihan yang di adakan LPM Orientasi Universitas Mercubuana, pelatihan Jurnalistik ini di gelar di Wisma Mahsiswa kompelek gelanggang mahasiswa Kuningan Jakarta selama lima hari. Nugi Nugroho dari Yayasan Pantau pemateri sembilan Elemen mengundang kami untuk bertemu dengan Andreas Harsono, maka setelah kunjungan ke Media Indonesia dan Majalah Gatra, teman-teman mendatangi redaksi Bisnis Indonesia, dimana Anderas Harsono sedang memberi pelatihan untuk wartawan Bisnis, tidak semua peserta pelatihan ikut dalam kenjungan tersebut, sebagian sudah ada yang pulang. Saya sendiri tidak ikut dalam kunjungan itu, karna harus bertemu dengan Bpk Rusli kepala Perpustakaan Keduataan Amerika di kantornya Komplek US Embesy. Baru malamnya saya di undang untuk berkunjung ke Apartemen Andreas di Permata Senayan lantai 18 no 1881. Saya dan Heni Fuji Astuti disambut hangat di aparteman dua kamar itu. Andras Harsono mengajak kami melihat kota Jakarta dari jendela kamarnya, darisana terlihat gedung kantor Majalah Tempo, Kompas, Bisnis Indonesia, Gramedia, dan pemancar TVRI. Andreas bilang lahan kosong di sebelah apartemennya akan dibangun kantor Trans TV. Kunjungan kami kesana memang punya maksud, kami inggin berkonsultasi untuk membuat model pelatihan jurnalistik bersekala Nasional dan pembuatan buku tetang pers Alternatif. Andreas menyambut baik rencana kami, dalam blogsnya ia menulis ide untuk membuat buku yang berisikan aktivitas dan manejemen redaksi Persmahasiswa adalah ide yang berlian, yang belum terpikirkan sebelumnya oleh penerbit. Bahkan Kang Agus Sopian yang kebetulan berada disana juga nimbrung berkomentar bahwa jika itu terlaksana maka akan membantu untuk menjadi penyunting sekaligus Editornya. Obrolan kami sempat terhenti ketika Lydia dan Dika dari majalah Mimbar Untan Kalimantan datang malam itu, Sebelumnya kami bertemu di pelatihan tapi saya tidak menyangka akan bertemu mereka di Apartemen Andreas. Mereka rupanya dipanggil oleh Andreas untuk menjadi panitia dari program Pantau di Kalimantan. Malam itu kami akhirnya berdiskusi tentang Pers Mahasiswa di Indonesia, lalu Andreas mengeluarkan kamera digitalnya, "Entah jadi apa kalian kelak..., 'jadi apapun saya berharap kalian menjadi orang yang bahagia' Andreas tersenyum." Obrolan kami berakhir pukul satu dini hari. Dari kiri Eva Danayanti, Heny Fuji Astuti (Teknokra), Lydia (Kalimantan), Yudi (teknokra), dan Dika (Kalimantan). Kami berlima sedang berbincang jurnalime dengan Andras.

Sunday, May 15, 2005

Tamu dari Inggris

Foto: dari kiri kekanan: Helen, Kete, Nita, Maya, Marisa. Bulan Mei tepatnya tgl 15, 2005. Dua orang wanita bule dari Universitas Brighton University untuk melakukan penelitian di Lampung, Indri ketika itu menelpon saya untuk mengantarnya kerumah orang tua angkat sementara di jl. Ratu kedaton di kediaman Prof. Dr. Bambang Sumitro, MS,i. Nama ke dua gadis muda itu Helen Courtney dan Keterin Mahasiswi Fakultas Geografi. Helen (sebelah kiri:foto) mekakukan penelitian tentang kolonisasi di desa Bagelen Gedong Tataan Lampung selatan, yang merupakan desa pertama kolonisme diIndonesia Sedangkan Kete (disebaleah Helen), melakukan penelitian tentang Pedangang kaki lima. Mereka berdua sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia, saya sendiri dengan modal bahasa inggris yang pas-pasan menjadi guide Helen sedang Kete diantar oleh Indri. Helen selalu mengirim saya SMS untuk mengigatkan mentranselit draf pertanyaan versi inggrinya sebelum berangkat ke Bagelen. Kete terkadang ikut dengan kami, dia senang naik motor, sehabis penelitian dia kerap kali mengajak saya jalan-jalan naik motor ketengah kota. Bahkan Helen dan Kete mau saya ajak kerumah teman saya Marisa, kebetulan dirumahnya ada Maya dan Nita, setelah mengobrol dengan keluarga marisa yang kaget kedatangan Bule, akhirnya kami memu tuskan untuk mencari tempat untuk makan malam. Lagi-lagi Helen mengajak kami makan di Pizza Hut, di Plaza Alfa Tanjung Karang. Memang hampir setiap pulang dari Bagelen Helen Mengajak saya makan pizza, banyak yang kami bicarakan disana, helen bilang Indonesia adalah negara ke 16 yang dia kunjunggi dan rencananya setelah penelitian di indonesia mereka akan pergi ke Thailand, Malaisia, Venuzuela, lalu kembali ke Inggris. Kurang lebih satu bulan mereka disini, sebelum memutuskan untuk jalan-jalan ke Bali.