Tuesday, November 15, 2011
Akhirnya setelah kehilangan blog ini lebih dari empat tahun, saya berhasil masuk dalam akun blog ini. 4 tahun tidak terurus web-blog ini penuh sarang laba-laba kotor berdebu. Tapi alhamdullilah ya, sesuatu banget deh. Bisa menjadi bloger lagi. Salam Jumpa kawan-kawan... Mohon bimbingannya menjadi bloger.
Saturday, November 18, 2006
Vagina Monolog

Wednesday, November 15, 2006
Lebaran, Kawan Menikah dan Umur bertambah
Tahun-tahun sebelum tahun ini, Lebaran menurutku adalah hari dimana, ada ketupat dan pindang tulang yang dimasak dengan versi besar di kuali, tidak lupa gemblong goreng plus rendang daging. Itu biasanya yang dicari tetanga dan sanak family di rumah ku dikampung daerah Suban Lampung Selatan. Hari pertama dan kedua lebaran, ngak ada tempat buat kawanku yang berkunjung kerumah, kecuali di bawah pohon asem halaman belakang. Semua ruangan di rumah yang lumayan luas itu milik tetangga, kerabat dan saudara-saudara yang bergantian menghabiskan makanan dirumah. Maklum Emak seneng kalau masakannya di puji, dan Ebak adalah orang tua gaul yang punya teman hampir satu kecamatan. Karna itu biasanya jarang ada kawan yang datang kerumah dihari pertama dan kedua, namun lebaran tahun ini saya tidak lagi bertugas mencuci piring-gelas, alasannya dua orang tetangga, dengan sukarela membantu mengerjakannya.Walhasil saya jadi tuan rumah yang baik menemani tamu yang datang, satu hal yang membuat saya sangat senang adalah Handphon tak berhenti di kirimi Short Massagge Servise (SMS) ucapan selamat Lebaran. Surprise buat saya. SMS ucapan Lebaran dua hari sebelum dan dua hari sesudah total berjumlah 140-an SMS. Tentu HP tua saya (nokia 3210), tidak bisa menampung jumlah sebanyak itu. kapasitas penyimpanannya hanya 30 SMS. Walhasil, untuk menampung pesan yang terus berdatangan saya pinjam HP emak yang bisa menampung 100 SMS. Semua ucapan itu saya tulis ulang dalam 32 halaman buku catatan saya. Saya tidak mau menghapus ucapan selamat lebaran ini, karna saya tertarik dengan redaksional ucapan yang dipakai. Begitu puitis dan indah permohonan maaf di hari raya ini. Shemone yang berkerja di Kupang mengirim SMS: “Tiada kata Seindah Maaf” tulisnya. Kawan Sunda saya mengirim ucapan berbahasa Sunda, sedangkan yang beretnis Jawa meminta maaf dengan bahasa Jawa. Zeky kawan di Papua, meminta balasan dengan bahasa lampung. Ini kali pertama buat saya memperoleh ucapan Lebaran sebanyak itu, mungkin hanya tahun ini tahun dimana saya menjadi Pemimpin Umum UKPM Teknokra lembaga dimana saya dipertemukan dengan orang-orang yang dengan iklas menyisihkan pulsanya untuk mengucapkan “Selamat Idul Fitri 1427 H, Minal Aidhin walfa Idhin, Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Ini merupakan kehormatan buat saya karna 140 orang telah memaafkan kesalahan saya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja lewat SMS.
***
Satu minggu setelah Lebaran 29/10, saya berada di kerumunan alumni SMA 5 Way Halim. Sekolah yang mengukir dua tahun kisah remaja putih abu-abu saya, karna bukan di SMU itu saya lulus. Namun kenangan dari pacar pertama sampai sahabat setia saya peroleh dalam dua tahun disana. Diacara reuni itu, angkatan pertama (1987) sampai angkatan paling anyar 2006 datang bersilaturahmi. Begitu banyak kenangan disana. Dari penjaga sekolah, guru killer, tempat kumpul di sela jam istirahat, sampai kawan lama sengakatan, cukup membuat saya cengar-cenggir sendiri seperti orang gila. Dalam obrolan dengan kawan-kawan se-angkatan (1999) saya banyak memperoleh informasi bahwa banyak kawan yang sudah menikah dan punya anak. Dua orang cewek yang saya kenal datang dengan perut buncit hamil lima bulan. Belum lagi dengar informasi bahwa kawan dekat saya sekarang sudah ada yang punya dua anak. Saya sendiri datang dengan dua orang sahabat, Abramham dan Ade Yugustiawan, Abram sudah menikah 6 bulan lalu, sedangkan Ade, sedang mempersiapkan pernikahannya yang tinggal seminggu lagi (5 November). Pulang dari acara reuni, selain cengar-cenggir rupanya saya melamun, bukan hanya karna kawan banyak yang sudah banyak yang menikah melainkan karna status yang masih mahasiswa ini. Lalu tanggal 5 November reuni kembali berlangsung di pernikahan Ade Yugustiawan sahabat saya. Disana saya lebih banyak bertemu kawan dekat, dan hampir semuanya berstatus sudah menikah. Obrolan mereka tak jauh dari jamu kuat, dari belut sawah sampai kuku bima menjadi bahan untuk memojokan. Walhasil prihal menikah ini, menjadi tema lamunan saya beberapa hari terakhir.
Tiba akhirnya umur genap seperempat abad pada 8 November 2006. Tak banyak yang bisa saya ceritakan di umur setua ini. Ucapan ulang tahun pertama adalah dari adik kandung saya Astriana. Dia kirim SMS bertulis “Met Ulatah ya Duy, semoga sukses dan selalu dalam ridho Allah. Tetap jadi Iduy karna kamu kakak koe”. SMS berikutnya emak dikampung menulis “Met Ultah ya Nop, jaga kesehatan dan jangan kebanyakan begadang..he..he..”. Tentu saja he..he.. nya emak di SMS dapat komentar dari Rieke kawan di Teknokra yang membaca SMS itu. Menyusul 12 SMS dari kawan dekat. Lain lagi kawan saya Ade (pengantin baru), dia menanggung biaya makan beberapa teman yang inggin merayakan ulang tahun saya di rumah makan Raja Kuring. Di Teknokra tanggal 8 malam, Anastasia bilang anak mangang di ganggu anak Mapala di kamar mandi. Saya keluar melihat, ternyata akting Anas sukses, diluar kru Teknokra sudah siap dengan ember berisi air untuk menyiram saya. Dan genap sudah kebahagian saya di bulan Syawal ini: banyak teman, Kawan menikah dan masih dikaruniai kehidupan di umur yang seperempat abad ini.
Tuesday, October 10, 2006
Siaran Press

Saturday, October 07, 2006
Semangat Baru Teknokra




Tuesday, October 03, 2006
Surat Terbuka Teknokra, Atas Kekerasan Terhadap Wartawan
Pada hari ini 3 Oktober, yang bertepatan dengan meninggalnya (Alm) Saidatul Fitria, kami Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra, turut berbela sungkawa atas perkembangan pers di tanah air ini.
Kepada Yang Terhormat
Bapak Presiden Republik Indonesia
di Jakarta
Dengan Hormat,
UKPM Teknokra mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa, semoga Bapak Presiden beserta keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT. Pada hari ini 3 Oktober, yang diperingati oleh kami sebagai hari meninggalnya Alm Saidatul Fitria, izinkan kami menyampaikan keprihatinan kami atas perkembangan pers di tanah air.
Sebelumnya, izinkan kami menyampaikan sedikit tentang UKPM Teknokra dan tentang meninggalnya Alm Saidatul Fitria. UKPM Teknokra adalah sebuah lembaga pers mahasiswa di lingkungan kampus Universitas Lampung (Unila), 29 tahun lalu tepatnya 1 Maret 1977 para mahasiswa pendiri Teknokra berkumpul untuk mendirikan sebuah lembaga yang nantinya dapat berperan dalam menyajikan informasi yang berguna bagi masyarakat. Dengan semangat itu, kami digodok untuk siap berkerja tanpa dibayar dalam memperoleh berita dan informasi.
Namun pada tanggal 28 September 1999, anggota kami yang bernama Saidatul Fitria atau akrab dipanggil Atul (fotografer Teknokra red ), ketika sedang meliput demontrasi besar mahasiswa menolak Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB). Atul tewas dihantam benda tumpul di kepalanya. Bagi Atul yang seorang wartawan, menyajikan fakta kepada masyarakat tentang penolakan mahasiswa terhadap RUU PKB saat itu adalah sebuah kewajibannya. Tak hanya Atul, seorang mahasiswa FISIP Unila, M. Yusuf Rizal (Ijal) tewas ditembak aparat keamanan yang menghalau aksi demonstrasi. Atul bukanlah masuk dalam barisan Ijal, salah seorang demonstran yang mengalami cheous dengan aparat di depan kampus Universitas Bandar Lampung (UBL) ketika itu. Atul hanya bertugas meliput, guna menyajikan kebenaran peristiwa kepada masyarakat.
Ternyata, Ijal sang demonstran dan Atul yang wartawan, dianggap perusuh dan harus disikapi dengan senjata. Atul dikejar di tembaki dan dipukul. Moncong senapan seolah dikendalikan setan, karena tidak jelas siapa yang memicu dan siapa yang memerintah untuk memicu. Hingga memasuki tahun ketujuh ini (1999—2006), kami tidak tahu siapa dibalik tewasnya Atul dan Ijal. Kami menilai tidak ada upaya serius dari pemerintah dalam menelusuri siapa yang bertanggungjawab atas kematian mereka berdua.
Bapak Presiden Yang Terhormat,
Pada kesempatan ini, tepat di hari meninggalnya Saidatul Fitria, kami menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab atas hilangnya nyawa sahabat kami akibat keberutalan aparat keamanan ketika itu. Sekaligus kami menagih komitmen pemerintah pada semua tingkatan untuk menjamin kemerdekaan pers, dan keselamatan para jurnalis, sekaligus memastikan bahwa kekerasan terhadap wartawan tidak terjadi lagi. Setiap kekerasan terhadap wartawan atau kantor-kantor media dengan alasan apapun, akan merampas hak publik memperoleh informasi dan merusak citra pemerintah. Apalagi setelah kita memiliki UU Pers Nomor 40/1999 dan Konstitusi Pasal 28 F yang memberikan perlindungan penuh kepada wartawan dan terhadap tugas jurnalistiknya.
Kami yakin Bapak Presiden mendengar apa yang kami telah sampaikan sejak tujuh tahun ini. Jauh di lubuk hati, kami menginginkan pemerintahan Bapak membela kepentingan masyarakat luas demi cita-cita suatu pemerintahan yang demokratis, menjunjung supremasi hukum, dan melindungi hak asasi manusia untuk hidup. Kami selalu ingat janji kampanye pasangan SBY-JK menjelang Pemilihan Presiden 2004 lalu tentang keinginan menciptakan negara Indonesia yang aman, adil, dan sejahtera.
Bapak Presiden,
Kami tidak menutup mata, bahwa pers Indonesia masih jauh dari gambaran ideal yang diidamkan masyarakat pers sendiri. Untuk itu kami terus berupaya keras untuk menjalankan etika dan profesionalisme jurnalisme Pers yang bebas dan profesional. Kami juga berjanji akan terus mengawal usaha pemerintah dalam memberantas korupsi dan pengawal upaya pemerintah menegakkan good governance. Terima kasih.
Hormat kami,
Pemimpin Umum UKPM Teknokra Unila
Yudi Nopriansyah
Monday, September 25, 2006
Perlukah Persma Berhimpun Dalam Suatu Wadah?
Tema judul di atas, jelas merujuk dari gugatan terhadap peran Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang ompong dan tidak jelas program kerjanya. Bagaimana tidak sejak berdirinya PPMI tahun 1992 sebagai pengganti IPMI yang mati setelah Kongres V tahun 1980-an, peran PPMI sampai kekarang bisa di bilang ‘enol besar’.
Adalah Bengkel Jurnalisme Lampung yang mencoba mempertanyakan itu. Dalam acara diskusi rutin dwi mingguannya, Bengkel Jurnalisme mengundang seluruh persma di Lampung untuk menjawab judul di atas. Acara itu di fasilitasi oleh LPM Radin Intan di gedung BEM IAIN. Saya sendiri di undang menjadi panelis bersama Nur Kholis mantan ketua dewan kota PPMI Lampung. Sayangnya Nur Kholis tidak datang. Untungnya Juwendra Asdiansyah yang merupakan dedengkot Bengkel Jurnalisme hadir dalam diskusi. Juwendra ketika masih aktif di Persma ikut dalam Kongres PPMI di Lombok tahun 2000. Bisa dibilang kongres pada 24—29 Mei itu menjadi kongres terbesar PPMI terakhir. Karna bisa mendatangkan hampir seluruh Persma.
Diskusi itu bisa dibilang gagal, karna hanya ada tiga perwakilan Persma (UKPM Teknokra, LPM Radin Intan, LPM Digital Darmajaya). Sisanya adalah peserta sekolah jurnalistik Bengkel Jurnalisme, wartawan pers Umum dan angota BEM IAIN Radin Intan. Panitia kurang serius mempersiapkan acara, terbukti undangan saja baru di sebar sehari sebelum acara. Saya diminta menjadi panelis lewat SMS. Tapi biarlah, semangat Bengkel yang perduli dengan persma itu intinya. Karna bisa dibilang, tidak ada Persma di Lampung yang perduli dengan tema ini. Termasuk lembaga yang saya pimpin (Teknokra). Kami larut dalam buaian suasana kerja di bilik redaksi masing-masing. Saya pribadi, tergugah untuk mencermati “perlukah Perma berhimpun dalam satu wadah?”Untuk itu, saya mengajak kawan-kawan Persma lain ikut menjawabnya. Kiranya, beberapa bahan dibawah ini yang terkait dengan wadah perhimpunan persma di Indonesia, menjadi gambaran untuk kita (Pers Mahasiswa), agar menjawab gugatan Bengkel Jurnalisme.
>PIPMI direktori pers mahasiswa Indonesia
>PIPMI direktori pers mahasiswa Indonesia